Kamis, 14 Juli 2011

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #4

SEBUAH KEPUTUSAN



Well, Luna hanyalah gadis biasa.
Whisnu memang orang yang dicintainya saat ini, tapi dia bukan seorang peri yang bisa menunggu selamanya. Belum lagi perbedaan agama diantara mereka.
Whisnu pun akhir-akhir ini kembali menjauh dari Luna.
Dan sekali lagi, tanpa alasan yang jelas.....
Kenapa ya sebenernya sama nih cowok?
Super duper GeJe!!!

Beberapa hari terakhir ini Luna memang udah jarang mengunjungi sanggar pramuka. Dengan alasan untuk persiapan Ujian Akhir sekaligus untuk mengurangi ketergantungan Luna sama ekskul satu ini. Tapi selain itu untuk mengurangi intensitas pertemuannya dengan Whisnu. Yap, Luna memang mencoba melatih hatinya buat nggak terlalu cinta sama seseorang. Pengalaman masa lalu itu udah cukup buat pelajarannya di masa depan. Udah capek bo’ mikirin orang gak jelas itu.. hempt..
But, yang namanya hati emang nggak bisa bo’ong. Luna masih belum bisa jauh sama ekskul pramuka (apa emang ada yang diincer ya?). Apalagi kalo udah denger kalo ekskul ini mau ada lomba bentar lagi. Nggak bakal betah deh Luna ninggalin ekskul ini walaupun cuma 1 menit. Look at the good side, Luna sekarang jadi makin deket sama adik-adik kelasnya. Perasaan kecewa sama ekskul ini ketika kepengurusannya pun semakin memudar setelah melihat kekompakan serta kegokilan adik kelasnya.
Luna sering nggak bisa nahan rasa terharu dan bangganya. Sudah sering juga dia hampir netesin air mata ngliat adik-adik kelasnya tidak seperti dirinya dulu. Fikiran serta kenangan buruk pun ikut jatuh bersama tetesan air mata (kenapa jadi puitis banget yak?). Bahkan, fikiran tentang Whisnu juda semakin pudar dari memorinya. Good! 
Walaupun fikiran tentang Whisnu udah memudar, tapi kalo ketemu sama Whisnu hati Luna masih ser-ser an juga lowh.. hehehe! True love never dies euy! Emang bener-bener true love? Yah, yang namanya jodoh siapa yang tahu. Akhir-akhir ini Luna emang terlalu deket sama adik-adik kelasnya. Hampir di setiap topik pembicaraannya dia slalu ngomongin adik kelas. Perbincangan soal Adit ataupun Whisnu pun sudah tidak terdengar lagi.
“Ra, katanya anak-anak pramuka mau main ke Tawangmangu lo. Dasar ya mereka tu, padahal kelas tiga kan lagi ujian sekolah, eh mereka malah kluyuran. Dasar! Hehe.” Cletuk Luna. “Tapi kan yang ujian kita Lun, bukan mereka. Ya biarin aja lah. Eh, kok udah nggak ada kabar soal Adit? Gimana nih lanjutannya?” tanya Nara. “Ha? Oh, e...anu.. kalo itu sih aku biarin aja Ra.” jawab Luna ngasal. “Maksudnya?” heran Nara. “Maksud aku biarin mengalir gitu aja. Kalo jodoh juga nggak akan kemana kok.” Jawab Luna. “Oh gitu.. Bener juga sih Lun. Mending sekarang kita fokus ke ujian sekolah aja.” Kata Nara. “Betul itu!” canda Luna.
Yap, sampai sekarang pun Nara dkk masih belum tau soal perasaan Luna ke Whisnu. Tapi hal itu justru bikin Luna ngrasa safe. Luna nggak pengen akhir ceritanya kayak yang dulu-dulu. Cukup sekian dan terima kasih aja lah. Hohohohohoho 
Tapi, saking deketnya Luna sama adik-adiknya ini mau nggak mau bikin Luna jadi bingung. Emang kenapa? Satu, karena Luna lagi ngrasa kosong gara-gara hubungan saling menjauhi antara Luna sama Whisnu (emang magnet?). Dua, karena Luna bener-bener deket sama adik-adik kelasnya yang sampek-sampek dia lupa sama temen sekelasnya (masalah cowok juga termasuk). Tiga, kayaknya ada CLBK booo’.... Hohohoho! Wait, CLBK? Nggak 100% CLBK juga sih.... But, sama siapa?
Kalo kalian membaca dengan seksama dan dalam tempo yang agak lama, pasti bakal nemu sama yang namanya Feri Aryano. Si kecil yang sekarang ini ngejabat sebagai ketua pramuka ini emang deket sama Luna. Dari dulu sih, itu pun karena urusan pramuka aja. But, akhir-akhir ini sikapnya berubah lagi. Lagi-lagi gara-gara sikap yang berubah. Tapi kali ini karena apa ya?
Selama persiapan menuju beberapa lomba yang akan diikuti sama adik kelasnya ini Luna emang sering banget ngeluangin waktu buat mereka. Nggak jarang Luna ngedeketin Feri buat sekedar ngasih nasihat. Just it! Tapi hal berbeda Luna rasain dari sikap Feri yang tiba-tiba terkesan manja padanya. Awalnya Luna berfikir positif, tapi dari perubahan tatapan matanya Luna ngrasa ada yang berbeda.
“Mik, Man, aku galau lagi nih.” Curhat Luna. “Galau kenapa lagi Lun?” tanya Manda. “Pasti gara-gara Whisnu kan?” tebak Mika. “Iya nggak sepenuhnya sih.” Kata Luna. “Duh Lun, mending to the point aja deh. Ada apa sih?” penasaran Manda. “Kalian pasti udah tau kan soal Whisnu yang ngejauh dari aku? Gara-gara itu aku jadi agak tergoda sama......” “Sama siapa Lun?” penasaran Mika. “Feri.” Jawab Luna singkat dan lirih. “Feri? Ya ampun, kuatin hati kamu ya say.” Hibur Mika. “Iya Lun, tapi kalo emang kamu capek berurusan sama Whisnu, nggak ada salahnya kok kalo kamu mulai membuka hati buat yang lain.” Saran Manda. “Iya Man, makasih ya.” Kata Luna lirih memendam perasaan galaunya.
Akhir-akhir ini Luna menjadi pendiam. Dia terlalu ragu dengan perasaannya akhir-akhir ini. Kadang Luna senang dengan perlakuan Fery, tapi kadang dia takut kalau Whisnu tau. Padahal, kalaupun Whisnu tahu, memang kenapa? Entahlah.. Yang jelas Luna nggak mau salah langkah lagi. Dia takut jika harus mengalami pengalaman yang terlalu pahit untuk yang kesekian kalinya.
Eitss, ternyata ada baiknya juga loh setelah beberapa hari Luna nggak ketemu Whisnu. Sekarang kalau Luna ketemu selalu mencoba senyum. Dan sekarang sikap Whisnu juga nggak terlalu kaku. Dia udah mulai bercandain Luna dan mau ngliat muka Luna kalau ngobrol. Luna seneng banget. Tapi perasaan? Sepertinya Luna sudah lupa dengan yang lalu. Luna sedang menikmati pertemanan barunya dengan Whisnu.
“Luna!” kejut Lani. “Astaghfirullahal’adzim. Lani, ngagetin aja kamu nih! Kenapa sih?” tanya Luna setengah kesal. “Nggak, abisnya kamu diem aja sepagi ini. Hehe.” Cengir Lani. “Ih, nggak lucu tau!”kesal Luna. “Kamu lagi nulis apaan sih Lun?” tanya Lani. “Hah? Ini? Nggak, cuma iseng-iseng doang kok.” “Sini.....” serobot Lani sambil membaca catatan kecil Luna. “Wah, kamu putus sama Whisnu ya?” tanya Lani ngasal “Kapan aku jadian sama Whisnu? Ngaco aja kamu!” kesal Luna sambil sedikit mengacak rambut Lani. “Trus, kenapa kamu nulisnya gini? Ada cowok lain kan?” tanya Lani “Apaan sih Lan? Nggak ada yang lain kok. Karena emang nggak ada yang perlu digantiin.” Jawab Luna sambil menarik catatannya sekaligus meninggalkan Lani sendiri yang memikirkan maksud Luna barusan.
Di tengah-tengah kegalauannya kini Luna sudah mula berani mengambil keputusan. Bukan ini yang dia cari dan butuhkan saat ini. Hingga akhirnya kini Luna benar-benar sudah menghapus fikiran tentang rasa ingin memiliki dan lebih pada tindakan nyata menyayangi sesama. 


KEYAKINAN HATI


The most frightful days has closer...
Yap, Final National Examination alias Ujian Nasional udah di depan mata. Sekarang udah bukan saatnya mikirin hal-hal yang nggak penting.
Luna juga udah prepare buat hari yang menegangkan ini.
Semua tanggungan ‘batin’ buat ekskulnya juga udah dia selesaiin.
Restu dari berbagai pihak juga udah dapet.
Tinggal perang aja dah pokoknya!
Hohoho........

Udah hampir dua minggu ini sanggar udah agak damai dengan ketidak hadiran Luna disana. Katanya sih, Luna pengen ngilangin fikiran tentang sanggar dan tetek bengeknya. 100% focus to the final examination. Kadang kalo lagi sempetin mampir, Luna nggak se-respect biasanya. Ada masalah apapun Luna mencoba nggak ikut campur. Awalnya berat sampek nggak bisa tidur berhari-hari, tapi lama-lama malah jadi kebiasaan. Hohoho..
4 hari penuh Luna dan para siswa kelas XII lainnya berjuang menghadapi ujian. Tapi ada cerita unik di tengah-tengah ujian Luna. Pada hari ketiga ujian, ketika Luna mengajak Lani untuk merefresh fikiran dengan makan-makan di warung depan sekolah, tak dinyana-nyana tak disangka-sangka, Atar, Adit, sama Whisnu ngumpul semua disitu. Nggak cuma bertiga sih, tapi tentunya perhatian Luna hanya tertuju pada 3 cowok yang sudah hampir seminggu tidak ia temui itu. Lani hanya senyam-senyum tiap melihat tingkah Luna yang berbeda-beda ketika salah satu dari mereka mengajak ngobrol atau mengajak Luna bercanda.
“Lan, kok bisa sih mereka ngumpul barengan gini? Sumpah, bikin mati gaya aja tau gak!” salting Luna. “Hahaha.... Rejeki kamu tu Lun! Allah ngasih kamu waktu buat ketemu mereka di saat yang paling gak diduga-duga. Weits, seneng nih kayaknya....” canda Lani. Tapi Luna tiba-tiba terdiam setengah melamun. “Lun? Hoe! Malah nglamun. Mikirin apaan sih?” tanya Lani. “Eh, Lan, hehe.. Nggak, aku cuma bayangin aja gimana rasanya nanti waktu aku udah nggak bisa lagi ketemu mereka karena kita kuliah di tempat yang berbeda-beda.” Jawab Luna agak lirih. “Udahlah, kalo jodoh nggak kemana kok!” hibur Lani. Luna tersenyum mendengar jawaban sahabatnya itu.
Tak bisa dipungkiri, Luna masih nyimpen ati sama mereka. Eits, tapi beda rasa lo ya... Kemarin rasa stroberi sekarang rasa coklat, hehe. Bukan itu, maksudnya, rasa kali ini cuma sebagai sahabat yang agak spesial (btw, pake telor nggak ya?) . Tapi mungkin hari itu akan jadi hari terakhir Luna bisa berkumpul berempat dengan mereka. Karena setelah hari itu, mereka bertiga (para cowok) akan pleser ke kota tempat mereka ingin meneruskan pendidikan. Kadang dalam hati masih ada rasa tak rela, tapi rasa sayangnya lebih besar, sehingga menguatkan hatinya untuk melepaskan mereka pergi. (ceilleeeeeee....)
Dan kabar soal sanggar, pramuka, adik kelas, dan si kecil Fery? Luna masih ingin menghabiskan masa terakhir SMA nya dengan berkegiatan dengan mereka. Soal rasa, urusan belakangan (dipikir roti kali ya?). sayangnya, gara-gara kebiasaan kemarin cuma sebentar-sebentar ngunjungin mereka, Luna pun juga jadi sedikit nggak betahan di sanggar yang dulu dia akui sebagai rumah ke dua nya itu. Mulai bosen kali ya?
Well, finally Luna has learned something from those story. Yaitu, capek banget jadi penulis ataupun sekretaris itu. Pasti dikejar-kejar dead-line! Hehehe... Malah curcol.... Bukan itu deng.. Yang jelas Luna udah mulai bijak memahami soal cinta dan tetek bengeknya, dan dia bener-bener mengukuhkan sebuah pernyataan bahwa persahabatan itu lebih indah daripada apapun di dunia ini. Ya beda orang beda persepsi, tapi setuju kan sama yang itu tadi? Hohoho....
Keyakinan, hal yang paling sulit dimengerti oleh Luna sampai saat ini. Tapi dari keyakinan itulah Luna yakin bisa semakin semangat menajalani hidup dan semakin meningkatkan kualitas hidupnya dan semua orang. Luna pun yakin, jika memang Whisnu yang terbaik untuknya, pasti akan ada jalan untuk membawanya ke jalan penuh hidayah, dan yang pasti, Luna nggak mau dibawa Whisnu! Hehehe.. Egois! Tapi memang Luna harus menjaga keyakinan yang satu ini.



Keyakinan adalah rasa yakin atas apa yang kita yakini. Yakinlah pada keyakinan kita sendiri, maka itulah yang akan membawa kita pada sesuatu yang kita yakini datang. And I believe all will goes well. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

L

Saat itu kukira indah Saat itu kukira mudah Menikmati rasa pemberian Tuhan Bermain-main dengan kenyataan Merasa hidup sudah melebihi harapan...