Kamis, 14 Juli 2011

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #2

CINTA ANEH MANUSIA ANEH



Atar Fachri Agung Prawira….
Nama itu semakin menggila di fikiran Luna. Setidaknya sejak perkemahan akbar di sekolahnya dulu.
Sejak patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan dari Admajaya Purnama, Luna mulai mengenal Atar. Itu semua juga berkat Lilia. Atar adalah teman sekelas Lilia sejak kelas X. Mereka juga cukup dekat mengingat mantan pacar Atar adalah sahabat baik Lilia. Mau nggak mau sampek sekarang mereka tetep deket.
Awalnya Lilia nggak tau kalo Luna punya rasa sama Atar.
Pertama kali Luna memproklamirkannya, Lilia langsung diam tanpa kata. Entah shock atau apa yang jelas siapapun juga bakalan kaget kalo tau ada cewek yang naksir cowok macam Atar ini.
Itulah Atar, cowok paling ’wierd’ seSMADA.
Azty mantannya pun belum bisa memberi jawaban pasti akan alasan dia mau berpacaran dengan Atar.

Awal mula Luna mulai nglirik Atar adalah karena sikap Atar yang tiba-tiba berubah padanya. Atar yang awalnya cukup cuek tiba-tiba sangat perhatian. Cewek manapun pasti bakalan klepek-klepek kan sama cowok yang perhatian sama dia? Minimal ngefans atau sekedar kagum. Atar juga sahabat Whisnu. Sejak SMP mereka sudah menjadi aktifis pramuka. Jadi tanpa sengaja mereka jadi sahabatan kayak gini, ditambah mereka pernah sekelas waktu kelas X.
“Hai Lun!” sapa Nara. “Hei Ra! Abis dari mana?” tanya Luna. ”Abis dari ruang OSIS. Pramuka mau rapat ya kok kamu duduk sendirian di sanggar?” tanya Nara balik sambil celingukan. ”Nggak Ra, ini aku lagi nungguin Lilia. Aku minta bantuan soal proposal.” jawab Luna. ”Ooohhh....” mulut Nara membentuk bulatan yang lucu mendengar jawaban temannya itu. ”Ehem..” Nara memberi kode kepada Luna. ”Kenapa Ra?” tanya Luna. ”Tuh!” Nara menunjuk seseorang yang tinggi besar yang baru saja keluar dari kelas sunduk sate di SMADA. Luna sedikit tersipu dengan ojlokan Nara. Nara hanya tertawa melihat reaksi Luna.
Tak dinyana ternyata Atar juga mampir ke sanggar. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh pengurus putra ekskul itu. Mentok ya cuma Whisnu. ”Hai Atar!” sapa Nara. ”Hai Ra! Mau rapat ya? Kok nggelar tikar segala?” tanya Atar. “Nggak kok, ini tadi si Whisnu yang iseng. Abis buat nongkrong sama anak OSIS.” Jawab Luna menahan rasa deg-degan dalam dirinya. “Oh gitu! Aku pikir mau rapat. Aku pulang dulu ya.” Pamit Atar. “Kok buru-buru?” tanya Nara sambil nyodok lengan Luna pelan. “Aku mau jemput adik dulu. Dah dulu ya.” Kata Atar.
Dalam hati sebenarnya Luna ingin menahan kepergian Atar. Yah, sejak adanya rasa sakit yang diberikan Adma dulu, hanya Atar yang bisa bikin Luna tertawa. Dan Luna tidak ingin lagi kehilangan tawanya. Semangatnya pun terus terpompa ketika bersama Atar. Apalagi kalo lagi kena semprotannya si Whisnu, cuma Atar yang bisa buat dia tegar. Walaupun sebenernya Atar belum pernah nglakuin sesuatu buat nglindungin Luna, tapi dengan adanya Atar disampingnya udah bikin dia nyaman.. So sweeeettttt.......... 
Selama beberapa bulan, belum ada yang tahu soal perasaan Luna ke Atar. Nara dan Lilia pun masih menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Hanya saja Lilia belum bisa menutup rahasia itu dari Adma. Yah, Adma memang sedikit punya kelebihan menerka apa yang difikirkan orang. Tapi bukan peramal lo.....
Setengah tahun beralu, ulangan semester gasal pun sudah selesai dihadapi. Tinggal menunggu remidian dari para guru pengajar. Pagi ini Luna berniat untuk berangkat sedikit siang. Inilah surganya para siswa SMADA. Untuk satu minggu mereka bebas ke sekolah atau tidak dan berangkat jam berapapun yang mereka mau. Mantab! Tapi untuk seragam, tetep.......
Pukul 07.35 WIB Luna berangkat dari rumahnya. Itu sesuai dengan janjinya dengan teman-teman sekelas. Kalo masalah beginian aja Luna jarang telat. Hehehe! Setiba di sekolah, Luna melihat sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, bahkan dalam mimpi sekalipun. Dia ngliat Atar mboncengin cewek lain tepat didepan matanya. Rahayu, itulah nama cewek yang udah bikin hati Luna panas. Memang Luna tau kalau Rahayu adalah teman dekat Atar. Tapi yang namanya cemburu ya mau apa dikata?
Atar yang tau kalau dia udah ketauan mboncengin cewek lain di depan Luna pun langsung berusaha bersikap biasa saja. Atar pun memilih jalan yang berbeda dengan Rahayu. Luna menghela nafas, mencoba menenangkan hatinya yang panas. ”Mikkaaaa...........” heboh Luna ketika baru saja masuk ke kelasnya. ”Kenapa Lun?” penasaran Mika. Manda dan Yusma yang mendengar kehebohan itu pun langsung ikut nimbrung. ”Tadi aku liat Atar boncengin cewek lain. Hhhhuuuuaaaaa!” manja Luna. ”Emang siapa Lun?” tanya Manda. Luna melihat keluar dan tanpa sengaja Rahayu lewat di depan kelasnya. ”Tuh!” Luna menunjuk keluar kelas. ”Hempt, itu mah Atar boncengin temennya sendiri!” kata Mika ketus. ”Dasar kamu Lun! Gitu aja cemburu. Cuma temen doang mereka itu!” jelas Manda. ”Biarin!” jawab Luna ngeyel.
Di tengah-tengah kekesalannya itu, Luna mendapat panggilan dari pembina pramukanya yang tidak lain adalah pak Budi. Luna pun segera menuju perpustakaan. Disana sudah terlihat Whisnu, Uni, dan Dyta. ”Ada apa pak?” tanya Luna. ”Mana absensi kelas X selama satu semester ini?” tanya pak Budi balik. ”Nggak saya bawa pak, tadi di rumah.” jawab Luna lirih. ”Aduuuhh... Ambil sekarang juga!” perintah pak Budi. Untuk kali ini Luna nggak mungkin bisa ngelak. Tapi untuk keluar sekolah harus bawa motor pasti bakalan diriwetin nih jalannya.
Mereka kembali ke sanggar dan memikirkan jalan keluarnya. ”Masa aku sendirian balik?” bingung Luna. ”Luna! (sedikit berlari menuju Luna) Kamu nggak sendiri kok. Nih Atar mau nganterin.” kata Lilia. ”Tapi motorku bensinnya abis. Pake motor kamu aja ya?” tanya Atar. Hati Luna berbunga-bunga mendengar hal itu, tapi sekejap terjatuh karena teringat perijinan keluarnya. ”Tapi kan motor aku di dalam? Gimana nih?” panik Luna. ”Kamu tenang dulu dong! Nggak usah panik dulu. Coba pinjem motor siapa gitu.” kata Whisnu yang lebih pelan dan halus kali ini. Tapi entah tiap Whisnu bicara sama Luna, dia lebih sering menundukkan kepala. Luna sedikit merasa tenang dengan kata-kata Whisnu itu.
Dewi penyelamat datang. Kak Iza, mantan sekretaris pramuka yang baru aja dateng bilang kalo motornya ada di luar gedung sekolah. Dengan senang hati kak Iza meminjamkan motornya. Jadi sekarang tinggal nyari ijin keluar sekolahnya deh. Thanks God! Selama perjalanan Luna hanya senyam senyum nggak jelas. Belum lagi kalo tiba-tiba Atar ngasih pertanyaan asal sama Luna. What a great time ever! Luna ngerasa bahagia banget walaupun sempet panas waktu pagi tadi.
Back to the school again…. Luna kelupaan satu arsip absensi di sanggar. Atar masih ngikutin Luna. Di tengah-tengah saat itu, HP Luna tiba-tiba rusak. Dia pun nggak nyia-nyiain waktu. Luna minta tolong Atar buat merbaikin HPnya. Berbeda dengan yang sebelumnya, Atar malah ngegaringin Luna. Dengan sedikit memaksa pun Atar sama sekali tidak berniat untuk menghentikan gamenya dan mendengar keluhan temannya. Karena kesal, Luna langsung ninggalin Atar dan langsung menuju perpustakaan. Uni sama Dyta yang udah nungguin Luna cuma bisa diem ngliat tingkah aneh Luna yang tiba-tiba terlihat kesal itu.
Di kamar kecil nan mungilnya Luna mulai mengeluarkan tabiat jeleknya sejak puber dulu, ngomong sendiri! Masih mendingan deh kalo ngomong sama boneka. ”Huh, heran deh sama Atar! Dulu baik-baikin aku, eh, beberapa minggu kemarin dia malah nyuekin aku. Tadi bikin aku cemburu trus dengan ikhlasnya mau nganter aku balik ke rumah, eh abis itu super cuek trus nggak peduli sama aku sama sekali. Sebenernya apa sih maunya tu anak?” kesal Luna. Dia diam sejenak sambil memandangi koleksi sticker yang dia dapet selama berkegiatan di pramuka. ”Ngomong-ngomong, Whisnu nggak galak-galak juga ya?” kata Luna tiba-tiba sambil tersenyum ketika mengingat ucapan Whisnu kepadanya tadi.
Hari berganti hari.. Sikap Atar mulai berubah! Hal itu mau nggak mau bikin Luna lumayan kesel. Dulu terkesan Atar selalu mencari perhatian Luna, tapi sekejap semua berubah. Atar udah nggak kayak dulu lagi. Sekarang ini seakan-akan Atar bersikap dia tidak ingin didekati. Atar seperti ingin bilang pada Luna kalau lebih baik dia segera menghentikan hal ini. Sakit! Disaat Luna sedang benar-benar jatuh cinta padanya, Atar malah ingin mengakhirinya.
Lilia yang menjadi sahabatnya sejak menjadi kekasih Adma sedikit curiga dengan berubahnya sikap Luna dan Atar akhir-akhir ini. ”Lun, kamu ada apa sama Atar?” tanya Lilia. ”Nggak ada apa-apa Li. Aku cuma pengen ngakhirin semua ini aja. Jadi kesannya kita kayak agak menjauh.” jelas Luna. ”Ohh.... Eh tunggu! What? Apa maksud kamu tadi?” kaget Lilia. ”Udahlah Li, biasa aja! Aku capek sama dia. Dia juga kayaknya nggak seneng sama sikapku slama ini.” jawab Luna lemah. ”Tapi sureprise kamu buat dia pas ulang tahunnya lusa gimana?” tanya Lilia. ”Tetep jadi kok! Anggep aja sebagai kenangan terakhir buat dia.” jawab Luna tenang.
Yap, lusa Atar ulang tahun dan semenjak sebulan yang lalu Luna udah heboh banget konsultasi sama temen sekelas, Lilia, bahkan ibunya tentang hadiah dan pesanan kue tart. Diputuskan Luna pesan kue tart pada hari itu juga. Dengan menahan rasa sakit, Luna mengajak Lilia untuk mengantarnya pergi keluar mencari kue tart. Di temani hujan rintik yang lama-lama jadi deras, akhirnya mereka dapet kue tart itu setelah muterin hampir semua toko kue di Ponorogo.
”Li, aku lupa, nanti buat mangkuk tartnya kan aku belum punya. Aku beli dulu ya.” pamit Luna. ”Oh, ya udah Lun, nanti soal sureprise biar aku sama Adma yang urus.” jawab Lilia. ”Thanks ya Li.” Luna langsung menuju motornya buat beli mangkuk tart. Waktu perjalanan balik ke sekolah, karena kurang konsentrasi Luna hampir aja nabrak kucing dan plastik berisi pisau sama mangkuknya pun ikut jatuh. Tiba-tiba perasaan Luna jadi super nggak karuan. Tapi ya udahlah.... Moga aja nggak ada apa-apa.
Acara sureprise berjalan dengan lancar (thanks buat para pembina and para pengurus pramuka ), Atar juga keliatan seneng banget dapet kejutan yang nggak pernah dia bayangin sebelumnya. Luna tersenyum ngliat semua orang seneng. Walalupun sebenernya sih hatinya nahan sakit banget. Lilia yang tahu isi hati Luna pun mencoba ngasih semangat dengan terus tersenyum sama Luna. (Thanks Li! )
Well, karena hal itu udah berakhir, jadi berakhirlah sudah jalinan temen super deket antara Luna dan Atar. Emang keduanya belum ngresmiin hubungan apapun, tapi buat Luna hubungan mereka kemarin cukup berkesan. Walaupun juga menyakitkan. Huhuhuhu  Kini Luna sendiri, dalam artian lagi nggak pe-de-ka-te dengan siapapun. Selamat tinggal cinta aneh untuk manusia aneh! I am free........... ayey! 



UJIAN



All is over!
Kata-kata itu terus berusaha Luna tanam dihati kecilnya yang masih menahan rasa sakitnya atas Atar.
Luna bingung, siapa lagi yang bisa buat dia tersenyum setelah Atar pergi? Adma? Masih menambah luka untuk Luna.
Adma memang sudah milik Lilia. Luna juga tidak berfikiran untuk merebut Adma. Never!
Tapi setiap melihat mereka bersama, Luna selalu teringat luka lalu. Luna terlalu sering tertawa diatas rasa sakitnya sendiri. And no body knows!

Meski begitu Luna tetap bersyukur. Dia masih mempunyai banyak sahabat di sampingnya. Lilia pun masih menjadi sahabatnya. Meski Adma kurang menyukai kedekatan Lilia dan Luna. Mungkin menurutnya Luna terlalu ikut campur dalam urusan pribadi mereka. Padahal Luna sering menemui Lilia hanya untuk berkoordinasi tentang ekskul.
“Luna!” panggil Adma. “Yah? Kenapa Ad?” tanya Luna. “Kamu tadi dapet sms dari Lilia?” tanya Adma balik. “Maksud kamu? Dapet sms apa? To the point aja deh.” Bingung Luna. “Ya udah, nggak pa-pa!” kata Adma sambil ninggalin Luna yang masih bingung dengan pertanyaan Adma barusan.
Luna masih penasaran dengan maksud pertanyaan Adma barusan. Sms? Sms apa? Apa Lilia punya pengumuman tentang ekskul? Atau dia punya berita baru? Akhirnya Luna pun mutusin buat sms Lilia (daripada mati penasaran!).
Li, kamu tadi sms aku nggak?
Kalo iya, sms apa?
Barusan Adma tnya sma aq.
Blz
Yap, bukan hal baru juga, Lilia sama Adma adalah tipe orang yang paling lama bales sms. Pernah juga mereka di sms hari ini baru dibales keesokannya. Heran! Trus punya HP fungsinya buat apa yak? Buat pacaran doang kali ya? Sekitar setengah jam selanjutnya Lilia akhirnya bales juga.
Nggak tuh Lun!
Sms apa? Tp emg Adma dr td sms aq
gak aq bles2. mgkn dkiranya aq
smsan sma qmu.
Smsan sama aku? Itulah pertanyaan baru dalam fikiran Luna. Emang kalo Luna smsan sama Lilia kenapa? Luna bakal ngrebut Lilia dari Adma? Hellooooo, masih normal juga kali ya gue! (ntu tadi isi hatinya Luna lowh!) Emang kecemburuan Adma itu cukup bikin jengkel Luna. Luna cuma butuh Lilia kalo lagi ada kegiatan aja. Tapi entah kenapa Adma kayaknya nggak suka! Buatnya Lilia cuma buat dia. No body can change!
Adma emang baru setahun ngrasain kehilangan yang amat besar dalam hidupnya. Kehilangan satu-satunya perempuan dalam keluarganya. Ibunya meninggal ketika tahun pertama kemarin. Kebetulan Lilia juga sudah ditinggal ayahnya sejak kecil, maksudnya sejak bayi. Keduanya disebabkan oleh hal yang sama, kecelakaan. Mungkin hal itu yang bikin Adma jadi ngrasa senasib sama Lilia. Tapi bukan berarti bisa memiliki Lilia seutuhnya ketika masih bertugas.
“Lilia mana?” tanya Whisnu. “Nggak tahu! Kayaknya sih keluar sama Adma.” Jawab Luna kurang memperhatikan Whisnu. Nggak tahu kenapa dari dulu gaya bicara mereka slalu gitu. Kalo ngomong nggak pernah mandang satu sama lain. Heran! “Nanti kalo Lilia udah dateng suruh nyiapin materi buat ntar!” kata Whisnu. “Oke!” jawab Luna sambil mengacungkan 2 jempolnya, kali ini dengan nada sedikit santai. Kadang buat nyindir Whisnu, Luna nggak jarang ngikutin gaya ngomongnya Whisnu. Hehehehehehe, makanya pak, jangan serem-serem jadi orang! 
Beberapa menit kemudian Lilia dateng sendirian nggak seperti biasanya. “Hai Lun!” sapa Lilia. “Eh Li, dari mana?” tanya Luna. “Aku tadi abis lunch sama yayang Adma. Hehehe!” manja Lilia. Sebenernya Luna sering ilfeel ngliat tingkah Lilia ini, tapi dia diem aja, nyenengin hati orang toh masih ibadah juga. “Whisnu tadi minta kamu nyiapin materi buat ntar.” Kata Luna. “Hah? Materinya apaan? Trus, ntar outbondnya gimana? Aku juga?” tanya Lilia. “Palingan juga ntar diurus sama Whisnu. Udah, tenang aja.” Jawab Luna nenangin Lilia.
Di tengah keasyikan mereka nyiapin materi, tiba-tiba Whisnu masuk ke sanggar. Lilia sama Luna sempet kaget ngliat kehadiran Whisnu yang mendadak itu. Whisnu cuma ngliatin mereka berdua abis itu keluar gitu aja. Luna cuma bisa saling pandang sama Lilia ngliat tingkah aneh Whisnu itu. “Whisnu ngapain sih barusan?” tanya Lilia. “Auk!” jawab Luna sambil mengangkat kedua bahunya. “Adma mana?” tanya Whisnu tiba-tiba ngagetin mereka lagi. “Adma ada tuh di camp PMR.” Jawab Lilia setengah bingung. “Lain kali kalo keluar berdua liat-liat dulu masih ada tugas ato nggak! Jangan seenaknya!” kata Whisnu sambil ninggalin mereka lagi.
Terlihat wajah Lilia yang mulai mengerut karena udah tua, eh, karena menahan kekesalan abis denger kata-kata Whisnu tadi. Lilia sama Whisnu emang sekarang lagi sering bertengkar. Itu semua karena Lilia sering banget ninggalin tugas cuma demi bisa keluar sama Adma. Adma sebagai ketua ekskul PMR pun ternyata juga sering ninggalin tugasnya di PMR. Beberapa anggota PMR juga pernah nyalahin anak pramuka atas ini. Mereka mikir kalo anak pramuka itu ngekang Adma disana. Padahal, anak pramuka sendiri juga sering ditinggalin ama mereka. Huft! Bikin rusuh aja.
Luna sebagai sekretaris yang paling sering nongol di sanggar pun nggak luput dari pertanyaan para pewarta amatir. Banyak banget yang nanyain soal Lilia sama Adma yang digosipin sering ninggalin tugas cuma buat pacaran (padahal bener). Sedih, sakit, malu! Luna disalahkan di berbagai tempat. Sedangkan Whisnu, dia cuma diem! Belum ada tindakan pasti atas tingkah ketua 2 nya itu. Hal itu terus berlarut sampai kegiatan pelantikan yang diketuai Vira.
Pagi-pagi banget Vira udah sms Luna.
Lun, aq smlem di sms sma Whisnu,
ktnya nnti plang skul adik2
yg ikt plantikan sruh dkmplin.
Tp Whisnu ktanya gak bsa ngkutin full.
Dia bagi wkt ma OSIS.
Here we go.................. (kata Luna dalam hati)
Oke! Insya Allah nnti aq kmpulin adik2nya..
Luna cuma bales itu. Luna sebenernya udah capek. Kegiatan kali ini bener-bener nguras fikiran, perasaan, ama kesehatan Luna. Gimana nggak, masih di bawah tekanan dari anak PMR, Lilia yang makin jadi sama Adma, Whisnu nggak bisa full bantu, pengurus lain mulai angkat tangan, plus adik-adik kelas yang kurang bisa bersahabat sama pengurus. Ffiiiuuuuuuuuuhhh..... Helaan nafas yang kian panjang. Cuma itu yang bisa Luna lakuin buat nahan tekanan itu.
Hal yang ditakutin Luna pun kejadian. Adik-adik kelas banyak yang ngacir dengan alasan yang berbeda-beda. Lilia juga masih ama penyakit akutnya. Whisnu yang diminta cepet dateng ke sanggar masih sibuk sama urusan OSISnya. Vira, Uni, sama Luna makin bingung karena beberapa pengurus juga udah ngeyel pengen cepet pulang. Mereka terus-terusan nyalahin Whisnu yang nggak juga dateng dari tugas OSISnya. Lilia juga makin sulit dihubungi. Sebenernya bukan sebuah kejadian langka kalo Lilia sulit dihubungi, tapi setidaknya kalo lagi ada kesibukan gini setidaknya ngrubah kebiasaan dikit nggak dosa kan?
“Ya Allah, sabar..sabar.... Huft!” keluh Luna. “Kenapa sih Lun?” tanya Vira. “Nggak pa-pa Vir, cuma aku nggak bisa bayangin aja gimana ntar reaksi Whisnu kalo balik. Uni mana?” tanya Luna balik. “Baru aja balik sama Dyta.” Jawab Vira. Huuufftt... Sekali lagi menghela nafas panjang untuk sedikit menenangkan diri. Kekhawatiran Luna akhirnya kejadian juga. Whisnu baru aja balik dari tugas OSISnya. Dan seperti biasa Whisnu kaget ngliat sanggar masih sepi-sepi aja, cuma ada Vira, Luna, sama satu adik kelas yang iseng-iseng duduk di depan sanggar.
“Mana anak-anak?” tanya Whisnu. “Barusan pulang Nu.” Jawab Luna lirih. “Pulang? Trus adik-adik udah dikumpulin?” tanya Whisnu yang kini dengan nada yang agak tinggi. “Tadi aku sama Luna udah nyoba ngumpulin Nu, tapi mereka sulit banget diajak kumpul. Mereka tadi banyak yang pulang, katanya ada keperluan.” Jelas Vira. Dari cara bicaranya yang terdengar sedikit terbata-bata udah keliatan banget kalo sebenernya Vira lagi takut plus deg-degan banget. “Baru aku tinggal bentar buat tugas aja udah kayak gini kelakuan kalian! Tanggung jawab kalian dimana? Lilia mana?” marah Whisnu. Kali ini amarahnya udah nggak bisa ditahan lagi. “Lilia keluar sama Adma.” Jawab Luna lirih sambil menutupi rasa takutnya. “Aku nggak mau tahu, pokoknya kumpulin semua panitia! Kalo sampek aku balik masih juga belum nambah, aku nggak akan bantu kegiatan kali ini.” Ancam Whisnu sambil ninggalin mereka berdua yang dari tadi menunduk.
Terlihat Vira terdiam. Dia sepertinya teralu takut dengan ancaman Whisnu. Yah, kegiatan ini emang terancam nggak ada panitia cowoknya. Jadi kalo Whisnu nggak ikut beneran, berarti bener-bener nggak ada cowoknya. Luna mencoba menenangkan Vira. Luna memaksakan diri buat tersenyum. Akhirnya Luna mencoba menghubungi panitia yang kayaknya masih ada harapan buat balik ke sekolah. Vira juga nyoba ngehubungin Tara en plen. Tapi satu masalah dateng, gimana cara buat hubungin Lilia? Dia pasti bakalan susah banget dihubungin.
Sekitar 5 menit kemudian Uni dateng. Tapi kali ini dia sendirian dan nggak bareng Dyta. Katanya Dyta nggak bisa dateng karena motornya dipakek. Luna masih tetep ngrasa lega, setidaknya masih ada panitia yang dateng. Luna terus nyoba hubungin Lilia, tapi tetep nggak diangkat. Uni sama Vira hampir putus asa. Mereka mulai pasrah dan mau nggak mau harus siap nerima kekesalan Whisnu. Luna hampir nangis ngeliat teman-temannya keliatan begitu nelangsa. So saaaddd...... 
“Masih nggak diangkat Lun?” tanya Vira. Luna menggelengkan kepala. Tiba-tiba terdengar suara sautan dari seberang HP Luna. “Halo? Lun, kenapa?” “Li? Kamu dimana? Cepetan ke sekolah sekarang!” kata Luna terburu-buru karena saking kaget dan gugupnya dan sampek lupa nggak salam. “Pasti Whisnu marah lagi kan? Oke, aku balik sekarang.” Jawab Lilia tanpa ada rasa bersalah. “Cepetan ya Li, Assalamu’alaikum.” Salam Luna. Luna, Vira, sama Uni cuma bisa saling pandang denger jawaban Lilia yang terkesan ‘ngentengin’ masalah ini. Padahal ini adalah masalah hidup dan mati (nggak segitunya juga kaleeee......).
Beberapa menit kemudian Whisnu balik ke sanggar. Tapi dia nggak masuk. Kayaknya sih dia tau kalo si Lilia belum balik ke sanggar. Vira, Uni, sama Luna yang dari tadi di dalem sanggar cuma bisa manjatin do’a-do’a sebisanya. Kalo perlu surat-surat satu Al-Qur’an dibaca semua deh.. Gimana enggak, Whisnu pasti bakalan marah sama mereka ditambah lagi Whisnu sama Lilia pasti bertengkar lagi. Keparanoidan mereka makin menjadi-jadi. Tapi tiba-tiba Whisnu dipanggil anak OSIS lagi. Akhirnya dia pun ninggalin sanggar lagi.
Nggak lama abis Whisnu pergi, akhirnya Lilia dateng sama Adma. Nggak ada raut wajah khawatir ataupun rasa bersalah. Padahal jelas-jelas dia udah nglakuin kesalahan plus udah bikin Whisnu marah. Finally, the show time..... Whisnu akhirnya balik lagi ke sanggar. Kali ini dia bener-bener akan mulai melampiaskan kekesalan sama unek-uneknya tentang Lilia. Luna memilih tempat agak pojok yang sekiranya bisa buat pegangan kalo tiba-tiba Whisnu marahnya gak ketulungan. Kebetulan juga si Whisnu duduknya deket sama Luna. Makanya Luna deg-degan nggak karuan. Aattuuuutttt!!!!!!!!! :p
“Sadar nggak kenapa aku ngumpulin kalian dengan cara kayak gini?” pertanyaan pembuka Whisnu yang kayaknya juga agak retoris . Hening, udah nggak beda sama kuburan tengah malem. “Vir, aku tadi nyuruh kamu apa? Kenapa cuma gara-gara aku tinggal bentar aja kamu bisa seenaknya?” tanya Whisnu yang keliatan banget sambil nahan marah. “Aku udah nyoba Nu, tapi adik-adik kita tu sulit banget diajak kumpulnya!” bela Vira. “Tapi bukan berarti panitianya bisa kamu ijinin pulang gitu aja kan?” kali ini dengan nada tinggi. “Nu, kita udah berusaha! Tapi emang kenyataannya tu kayak gini! Please, hargai kita dong...” kali ini Luna yang memakai nada tinggi (emang nyanyi?). Luna mulai meneteskan air mata. “Oke, kalo kalian marah sama aku! Terserah!” terdiam sejenak. “Kamu Li, darimana aja kamu?” “Abis keluar sama Adma.” Jawabnya enteng.
Vira sama Uni cuma bisa saling lirik. Mereka nggak habis fikir sama jawaban Lilia ini. “Temen-temen kamu kerja kamu malah pacaran? Enak banget kamu!” yap, pertama kali Whisnu bener-bener marah. Lilia mulai menatap sinis Whisnu, matanya mulai berkaca, sedangkan Adma hanya terdiam di pojok sanggar. “Gini deh, aku ngomong aja sekalian! Abis pelantikan ini, aku mau mundur dari jabatan aku ini, dan aku mau keluar dari pramuka. Aku mau bebas!” jawab Lilia lantang. Luna masih tersedu-sedu melihat pertengkaran antara kedua ketuanya ini. Semudah itu Lilia memutuskan hal yang paling kekanak-kanakan di saat seperti ini.
Whisnu terdiam sejenak. “Terserah!” kata Whisnu pelan. Semua pandangan kini tertuju pada Whisnu setelah kata itu terucap dari mulutnya. “Terserah kalian sekarang mau apa! Aku nggak mau tahu.” Whisnu langsung ninggalin mereka. “Ya Allah....... Please, jangan egois dong.....” kata Luna sambil menangis setelah Whisnu pergi. “Lun, aku bukannya egois........” “Nggak egois?” Luna memotong kata-kata Lilia. “Kamu enak-enakan keluar sama Adma, terus Whisnu marah yang kena malah aku, Uni, sama Vira! Gitu namanya nggak egois? Sekarang seenaknya aja kamu mutusin hal kayak gitu! Nggak egois dari mana Li?” Luna akhirnya menghempaskan seluruh isi hatinya. Dia pergi ninggalin teman-temannya. Dalam fikiran Luna saat ini hanyalah menghindar jauh dari mereka.
Beberapa saat kemudian Luna mutusin buat balik ke sanggar. Gimana nggak, tas ama HPnya masih disitu! Hihihi... Sanggar udah sepi. Ruang OSIS juga kayaknya udah mulai sepi. Cuma terlihat segelintir orang yang lagi sibuk ngurusin sesuatu. Luna segera ngambil tas ama HPnya. Masih teringat jelas kejadian barusan. Luna menghela nafas pelan, dia sama sekali nggak ngebayangin bisa jadi kayak gini. Di tempat parkir Luna nglewatin sebuah motor yang cukup familier sama dia. Yap, motornya Whisnu masih setia bertengger di parkiran terdepan. Whisnu belum pulang, hanya entah sekarang dia dimana.
Sampai di rumah, Luna langsung teringat Vira. Dia ingin minta maaf karena gimanapun juga tadi Luna ikutan emosi. Dia nggak enak sama Vira sama Uni.
Assalamu’alaikum..
Vir, sory ya tdi aq mrah2.
Aq emosi bgt. Aq udh gak than
sma skap Lilia. Maaf bgt
y Vir... 
Nggak berselang lama Vira langsung ngebales.
Wa’alaikum slam.
Nggak pa2 kok Lun..
Wjar lah kmu emosi. Tp, kmu
bklan te2p bntu kgytan aq kan Lun?
Aq tkt klo nti kgytn q gak ada yg
bntuin Lun..
Luna tersenyum membaca sms dari Vira ini. Siapa juga yang nggak khawatir sama ancaman Whisnu tadi. Kayak yang pernah aku kasih tau, Whisnu diem aja singa ngamuk pasti bakalan ngacir... Hehehehe! Gawat banget yak kayaknya..? 
Qmu gak usah khwtir Vir..
Aq gak akn ningglin qmu kok.
Td aq cma emosi bntr..
Skrg aja aq udh gak pa2 kok.
Whisnu jg psti bklan bntu. Aq
tw sapa Whisnu Vir. Insya Allah dy gak
mgkn tega ninggalin qt.
Kayaknya ngebaca balesan dari Luna itu Vira udah ngrasa sedikit lega. Setidaknya masih ada panitia yang mau bantu. Apalagi waktu awal rapat Luna udah mulai ngasih tanda-tanda kalo kayaknya dia nggak bisa ikut. Yang jelas waktu itu Luna ngrasa nggak enak banget. Mungkin itu pertanda untuk hal ini kali ya?
Kata-kata Luna bener. Whisnu tetep mau bantuin. Itu semua juga berkat usaha panitia yang lain yang ngebujuk Whisnu sekuat tenaga sampek akhirnya Whisnu mau balik. Sedangkan Lilia masih tetap pada keegoisan sama kekanak-kanakannya. Dia kayaknya nggak akan pernah mau balik lagi ke pramuka. Setidaknya itulah yang tersirat dari wajahnya setiap bertemu dengan anak-anak pramuka yang lain. Yah, apapun yang terjadi, asalkan kita masih percaya bahwa keajaiban dan anugrah itu ada, kita pasti bisa...... Amiieennnnn ya Rabb........ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

L

Saat itu kukira indah Saat itu kukira mudah Menikmati rasa pemberian Tuhan Bermain-main dengan kenyataan Merasa hidup sudah melebihi harapan...