Kamis, 14 Juli 2011

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #1

Thanks God,
You give me a great gift and always blessed me with fully inspirations in all my way…
Thanks for all my friends,
You always be my inspiration to finish this story..
Thanks for my family,
You give me a great thing in this world, love..
Thanks for someone out there,
You give me a nice story in my teenage life….


LUNARA NOURA SYAFIRA


The bell is ringing…..
Aktivitas di SMA Negeri 2 Ponorogo pun akan segera dimulai. Terlihat kesibukan para siswa yang mulai memasuki ruang kelas mereka masing – masing. Hal yang lumrah untuk para siswa biasa di sekolah manapun.
Different person, different action!
Sepertinya itulah ungkapan tepat untuk cewek satu ini. Lunara Noura Syafira atau yang paling sangat banget akrab dengan panggilan Luna! Nama yang cantik dan terdengar anggun, 180 berbeda dengan aslinya.
Mendekati gedung sekolah tercinta Luna makin mempercepat laju motor butut kesayangannya.
Kali ini dia bertekad untuk tidak lagi masuk ruang piket apalagi masuk ruang BP seperti tahun pertamanya dulu!
Rekor 6 kali terlambat dalam 1 semester di sekolah super disiplin seperti itu tentu adalah hal yang paling tidak wajar dan tentu akan menjadi hal yang paling dihindari oleh orang waras.
But life is never flat! Pasti bakalan ada aja manusia sedeng macam Luna ini! Luna pun tak habis fikir ketika tahu dia diterima di sekolah super disiplin ini. Dia pun sempat memprediksi berapa lama dia akan bertahan di sekolah itu.

Melewati gerbang pertama Luna mulai memelankan laju motornya. Dia bisa bernafas lega ketika tahu gerbang penentuannya belum ditutup oleh Pak Budi, guru Bahasa Indonesia merangkap kedisiplinan, pembina ekskul, dan pimpinan bagian perpustakaan (gokil!).
“Stop!” kata pak Budi menghentikan laju motor Luna. “Ada apa pak? Saya kan nggak terlambat!” heran Luna. “Kamu memang kali ini tidak terlambat, tapi kalau dibiarkan kamu mungkin saja tidak seberuntung kali ini. Kalau besok kamu masih berangkat jam segini, saya akan langsung menyuruh kamu pulang. Tidak peduli kamu terlambat atau tidak.” Ancam pak Budi. “Siap pak!” jawab Luna mantap.
Sejujurnya dalam hati Luna cukup was-was dengan ancaman pak Budi itu. Apa mungkin bisa? Pertanyaan itu terus menggelayuti fikirannya. Penyakit bawaan sejak SD Luna ini memang tidak gampang dihilangkan begitu saja. Entah sejak kapan tepatnya Luna jadi murid “telatan” seperti ini. Padahal ketika masih duduk di bangku kelas 1 SD dia selalu menjadi murid “teladan”. But life still must go on! Luna nggak mau terlalu terbebani oleh penyakit akutnya itu.
Beruntung di depan ternyata tak juga membawa keberuntungan di dalam sekolah khususnya di ruangan yang paling sejuk di SMA Negeri 2 Ponorogo itu. Bu Sulis, guru bahasa Inggris yang paling Banyak Cing Cong menurut para warga SMADA itu ternyata sudah masuk ruang kelasnya. Dengan tenang dan pelan Luna masuk ke kelas kesayangannya.
Diiringi beribu umpatan dari murid cowok yang lebih cerewet ketimbang murid cewek di kelas itu (itulah ganjilnya siswa kelompok IPS!), Luna mendekati tempat duduk guru yang sedikit berantakan karena belum dirapikan 2 hari. “Hah, kamu lagi! Sudah, duduk sana! Capek saya denger alesan kamu.” Kata bu Sulis tanpa harus mendengar argumen atau alasan dari Luna dulu. Tanpa berfikir dua kali Luna langsung duduk di bangku paling depan nomor 2 dari kanan di kelas itu. Yusma, teman sebangkunya kini sudah tidak lagi secerewet dulu. Dia terlanjur terbiasa dengan keganjilan teman sebangkunya ini.
“Keluarkan tugas kemarin! Yang duduk paling belakang mengumpulkan tugas teman depannya.” Perintah bu Sulis. Fakta keganjilan Luna kedua pun terungkap. Luna adalah jenis siswa yang super duper jarang belajar, apalagi ngerjain tugas! Tapi dia cukup beruntung Tuhan memberinya anugerah yang tiada bandingnya serta mendapat garis keturunan dari ayahnya. Dia bisa menyelesaikan soal bahasa Inggris 10 nomor itu hanya sampai teman belakangnya meminta hasil tugasnya.
“Sembari menunggu, kalian kerjakan soal selanjutnya!” suruh bu Sulis lagi. Kali ini Luna bisa melonggarkan tempat duduknya yang sempat penuh sesak oleh tasnya yang selalu penuh (nggak tau deh isinya apa). Dan itu adalah fakta keganjilan ketiga dari Luna! “Luna!” sapa Manda teman bangku belakangnya. “Kamu kok bisa sih nyelesaiin tugas tadi cepet banget? Otak kamu tu komputer ya?” Luna memutar badannya sambil sedikit nyengir mendengar pertanyaan lugu temannya. “Nggak tau Man! Asal tulis aja. Palingan ntar aku salah semua.” Jawab Luna ngasal. “Tapi aku nggak percaya Lun! Kamu pasti dapet nilai tertinggi lagi.” Sambung Mika. “Whatever! Aku nggak peduli.” Cengir Luna sambil membalikkan badannya lagi.
“Lain kali contohlah Luna! Ibu hanya menyuruh kalian mengerjakan soal berbeda setiap bangku tapi kalian seharusnya tetap mengerjakan soal yang lainnya. Selain itu, jawabannya betul semua. Tapi jangan telatannya ya yang dicontoh!” cetus bu Sulis diiringi tawa dan hujatan dari siswa cowok kelas itu. Heran, kenapa siswa ceweknya terkesan vakum yak? Hihihihihihi......  Luna hanya cengangas-cengenges menanggapi ocehan teman-temannya itu.
Bukan hal yang biasa dari seorang Luna yang juga merupakan fakta keganjilan keempat dari Luna yaitu dia sering banget ngeluh ngantuk waktu pelajaran berlangsung. Nggak jarang juga dia tidur waktu pelajaran berlangsung. Untung nggak ketahuan guru! Kalo baca cerita ini dengan sadar sesadar-sadarnya mesti kalian bakal bertanya kenapa sih dia bisa seganjil itu. Basicaly emang bawaan orok, tapi fakta keganjilan keempat itu karena faktor lain yaitu tepatnya sekitar sebulan yang lalu dia didaulat jadi sekretaris 1 ekstrakulikuler pramuka di sekolahnya.
Tugas baru buat Luna yang belum pernah punya pengalaman di organisasi itu emang cukup buat si Luna semakin excited dengan ekstrakulikuler ini. Salah satunya yang bikin dia semangat adalah adanya Adma di ekskul itu. Tapi beberapa bulan sebelum pengangkatan, Adma jadian sama Lilia, ketua 2 ekskul ini. Dengan berat hati Luna harus merelakan Adma. Tapi akhir-akhir ini Luna sedikit melirik Atar, sama-sama satu ekskul dengannya. Kebetulan juga sih sama-sama sekretarisnya. Ahay!  Entah kenapa dan ada apa sampek tiba-tiba Luna jadi nglirik cowok paling aneh sejagat raya yang bahkan melewati batas keganjilan orang aneh ini. Nara sahabatnya sejak SMP yang sampai sekarang juga satu ekskul dengannya pun sampai tak habis pikir.
Well, let’s back to the line. Meskipun Luna punya teman sebangku, tapi dia nggak punya temen geng. Selain takut nggak bisa bagi waktu, Luna juga masih pengen bebas keluyuran sama siapapun. Tapi keberuntungan dalam hidup Luna bertambah satu, dia punya temen sekelas yang cukup care sama dia walaupun dia nggak satu geng dengan mereka. Hempt, emang hidup Luna benar-benar diberkahi sekali! Sayangnya itu juga termasuk musibah bagi teman-temannya, karena nggak jarang mereka dapet imbas dari keganjilan Luna. Ckckckckckckck!
“Luna, kertas apaan nih? Pinjam dong!” sapa Yusma membuyarkan konsentrasi Luna. “Oh, ini contoh proposal kegiatan!” jelas Luna singkat. “Proposal tu buat apa?” tanya Yusma yang lugu sekali mengingat dia adalah mantan pengurus OSIS sewaktu di SMP dulu. “Ya semacam buat permohonan ijin sekaligus pemberitahuan kegiatan gitu.” Jawab Luna dengan pengetahuannya yang lumayan pas-pasan itu. “Sekarang bawaan kertas kamu makin banyak aja Lun! Tempat duduk aku ntar makin sempit dong?” kata Yusma ngasal. Luna hanya memandang Yusma dengan tatapan bingung hingga akhirnya tawa pun pecah diantara mereka.
Tugasnya sebagai sekretaris memang menuntut Luna untuk sering membawa kertas-kertas nggak penting kemanapun dia pergi. Nggak jarang sekarang Luna sering bawa lebih dari 2 map berisi kertas-kertas yang katanya proposal dan tetek bengeknya. Untuk kali ini sepertinya bukan sebuah keganjilan karena ini memang sebuah tuntutan profesi. Yah, tapi gara-gara itu Luna dapet julukan baru yaitu “manusia super sibuk” atau lebih tepatnya ‘sok sibuk’.


CAHAYA ARDA WHISNU IRAWAN


Masih di sekolah yang sama…
Waktu masih menunjukkan pukul 06.15 WIB atau setengah jam sebelum bel berbunyi dan pemilik nama lengkap Cahaya Arda Whisnu Irawan atau akrab dipanggil Whisnu ini sudah dengan rapinya tiba di sekolah tercinta. Parkir paling depan di sekolah itu seakan menjadi garasi pribadi milik motor besarnya itu.
Predikat paling jarang ke ruang piket dan ruang BP kecuali karena tugas OSISnya memang amat sangat pantas untuknya.
Belum pernah terlambat datang ke sekolah juga cukup memberinya predikat cowok paling disiplin di sekolah.
Mungkin itu juga yang menjadi salah satu faktor dia menjadi ketua 1 ekstrakulikuler pramuka di SMADA.
Yah, selain menjadi salah satu pengurus OSIS, dia memang menjadi ketua 1 ekskul pramuka di SMADA, yang udah pasti dia adalah ’atasan’ dari Luna yang paling bandel seSMADA.
Mereka benar-benar 540 berbeda.........

Di kelas, Whisnu juga jarang mendapat teguran dari guru-guru. Dia juga selalu mengerjakan tugas. Bahkan setiap ada tugas dari guru Whisnu langsung mengerjakan pada hari itu juga walaupun tugas itu masih untuk minggu depan. Wow, kebalikan dunia dari Luna nih. Tapi, mereka sama-sama bisa dibilang mahir dalam hal bahasa. Atau mungkin itu satu-satunya kesamaan dari mereka.
Whisnu juga termasuk cowok yang aman buat cewek manapun! Walaupun dia sebangku sama si playboy Tito dan hampir kemanapun selalu berdua, tapi Whisnu belum pernah ngerasain gimana rasanya pacaran. Paling mentok dia cuma sekedar ngefans. Whisnu juga belum pernah nunjukkin kalau dia lagi punya niatan buat deketin seorang cewek manapun. Cowok yang super bersih dari gosip! Tapi sayangnya, dia sering banget diojlokin sebagai cowok homo gara-gara itu. Tapi itu cuma sekedar bercandaan di kalangan terbatas lo ya.... 
“Whisnu, kapan rapatnya? Katanya kemarin pengen cepet-cepet pelantikan biar nggak barengan sama event OSIS?” tanya Luna. ”Terserah! Kamu atur aja.” Jawabnya dingin. Hal itu sebenernya cukup bikin kesel Luna, tapi Luna nggak mau berhenti gitu aja. “Loh, kok aku sih? Kamu kan ketua. Setidaknya kamu kasih aku mandat ato apa gitu?” kesal Luna. ”Ya udah, nanti rapat! Kamu kasih tau anak-anak!” perintah Whisnu masih dengan gayanya yang super dingin.
Itulah Whisnu, entah kenapa kalau dia udah berhubungan sama ekskul atau jabatannya sebagai pengurus OSIS dia langsung berubah dingin. Padahal aslinya gokil banget! Meskipun Luna jarang mendengar candaan dari Whisnu yang ditujukan padanya, tapi Luna tidak terlalu memperdulikan itu. Buatnya, dia harus profesional saat kerja.
One more fact about Whisnu, teman-teman satu ekskulnya almost all orang beragama muslim, cuma dia aja yang beragama Kristen Protestan. Tapi hal itu sama sekali nggak bikin masalah buat anggotanya termasuk Luna. Mereka sangat mengargai perbedaan yang dimiliki oleh Whisnu ini.
Sepulang sekolah (seperti yang dijadwalkan tadi), seluruh anggota ekskul pramuka langsung berkumpul di sanggar tercinta. Walaupun yang dateng masih jauh dari harapan, setidaknya masih ada nyawa yang mau mengisi raga ekskul berlambang tunas kelapa ini (ayey kalimatnya....). Dengan manusia seadanya, Nara pun mulai ngasih kode ke Whisnu untuk segera memulai rapat pada siang hari itu.
”Selamat siang temen-temen.” kata pembuka Whisnu agak sedikit aneh jika didengar oleh orang muslim yang terbiasa dengan kalimat salam. ”Eee..... Terima kasih atas kehadiran temen-temen pada siang hari ini, hari ini kita akan (blablabla)... Selanjutnya saya berikan kepada Tara sebagai ketua sangga kerja.” lanjut Whisnu. Rapat terus berlanjut, di tengah acara Whisnu tiba-tiba beranjak menuju ruang OSIS. Bukan pemandangan baru, memang Whisnu dituntut untuk bisa membagi waktu untuk kedua organisasi terbesar di SMADA ini.
”Tara, aku baru inget, acara kita kan tanggal 26-27 Desember, bukannya itu abis Natal ya?” tanya Luna. ”Iya, emang kenapa?” tanya Tara balik. ”Terus Whisnu gimana? Kita aja kalo lebaran pasti minta liburan, trus kalo nanti kita ganggu acara Whisnu gimana? Kan kasihan dia juga.” ”Iya juga sih Lun, ya coba deh nanti kita tanya dia. Enaknya gimana nunggu dia dulu deh.” Kata Tara. “Guys, aku pulang dulu ya?” pamit Vira. “Loh, kenapa Vir? Kan kita belum selesai?” tanya Nara. ”Aku disuruh pulang cepet sama bunda. Sorry ya?” pamit Vira langsung ngacir tanpa menunggu usiran teman-temannya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Adit juga mengikuti jejak langkah Vira. Ngacir tanpa nunggu konfirmasi. Kayaknya sih mereka sengaja, mumpung Whisnu belum balik dari ruang OSIS. Karena bakalan sulit banget pulang kalo ada Whisnu nangkring di sanggar. Emang dia hansip? Hehehehehe . Tara juga terlihat menyegerakan rapatnya. Luna sedikit curiga dan lumayan kesal dengan tingkah kawan seperjuangannya ini, tapi ya mau diapain lagi? Udah bawaan dari lair kali kayak gitu! :p
And the catastrophe begin... 5 menit setelah kepulangan Tara, Whisnu kembali ke sanggar. Dia terlihat sedikit kaget dan heran karena manusia di sanggar sudah lenyap hampir setengahnya. Yang tersisa cuma Luna, Lilia, Uni, sama Dyta, sedangkan Nara sama Adma barusan nyusul ke ruang OSIS. “Anak-anak kemana?” tanya Whisnu. “Barusan pulang. Katanya mereka masih ada urusan.” jawab Luna sedikit khawatir. Seketika terlihat Whisnu menghela nafas panjang. ”Apa nggak bisa nunggu bentar? Baru aku tinggal berapa menit udah pada pulang semua! Mana kesadaran kalian? Kenapa kalian nggak nahan?” marah Whisnu. ”Kita udah nyoba nahan Nu, tapi mereka tetep aja maksa buat pulang.” bela Lilia.
Keadaan sempat hening untuk beberapa saat. ”Semua udah clear?” tanya Whisnu membuka pembicaraan. ”Udah kok Nu. Ini tinggal ngetik proposal ama surat perijinan aja.” jawab Luna dengan kepala tripleknya memberanikan diri untuk bicara. ”Besok harus jadi!” kata Whisnu dan langsung pergi. Singkat, padat, jelas. Itulah jawaban Nu kalau lagi kesal (atau kalo lagi ngomong sama Luna). Luna awalnya kurang menyukai sikap Whisnu ini. Tapi dia juga nggak berani buat bicara. Tampang yang super serem kalo lagi diem itu bener-bener bikin macan ngamuk pun langsung ngacir kalo berhadapan sama dia. Fiiuuuuuhhhhhhhhh……….. Luna menghela nafas lebih panjang untuk menenangkan detak jantungnya yang abis lompat-lompat. Ayah kedua! Yah, kebetulan kalo soal ini Whisnu emang mirip sama ayahnya Luna.
Entah kenapa Whisnu bisa jadi orang super dingin kayak gitu! Setidaknya emang yang paling keliatan ya cuma sama Luna. Mungkin karena sejak dari kecil dia udah di ajarin disiplin sama kakek neneknya! Yap, entah gimana cerita awalnya sampek Whisnu tinggal sama kakeknya dan bukan sama orang tuanya. Ibu kandung Whisnu emang udah meninggal ketika Whisnu masih bayi. Dan katanya sejak kecil hampir nggak pernah si Whisnu ini nanyain soal ibu kandungnya itu. Tapi bukan berarti Whisnu nggak mau balik sama keluarganya lowh! Whisnu masih sering pulang kerumah ayahnya yang udah nikah lagi sejak ditinggal ibu kandungnya Whisnu.
Kakek Whisnu emang tipe orang yang keras. Hukuman buat si Whisnu kecil kalo nakal juga nggak main-main. Masih kecil dan udah main cambuk! Wew.... Yah, setidaknya begitulah curahan hati Whisnu ke Luna yang bisa dibilang curhatan pertama dan sampek sekarang masih satu-satunya ke Luna. Denger kisah Whisnu itu Luna jadi keinget ayahnya. Kisah hidup mereka 80% sama! Bedanya ayah Luna tetep meluk agama yang sama ama nenek Luna sedangkan Whisnu beda. Lumayan unik juga!
Luna sempet simpati sama Whisnu waktu itu. Tapi mengingat perbedaan yang amat mencolok diantara mereka, Luna langsung mengundurkan diri. Sebagai manusia biasa dan manusia yang beragama (islam) tentu Luna mengharapkan imam yang bisa memimpinnya menuju surga Allah SWT (Amiiiinnnnn Ya Rabb!!!!!) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

L

Saat itu kukira indah Saat itu kukira mudah Menikmati rasa pemberian Tuhan Bermain-main dengan kenyataan Merasa hidup sudah melebihi harapan...