Rabu, 29 Agustus 2018

Okay (Not Okay)

dia tersenyum di sudut semu
berkata pada bumi
bahwa kaki ini berpijak
masih pada tanah bahagia
tak ragu dia bagi tawa
tak berhenti dia sebar canda
nafas sengal berhias peluh
dia bilang tak apa
awannya selalu cerah katanya
pelangi tak pernah luput dari wajahnya
hujan sudah jadi mainan
petir tak ubahnya seperti silau lampu kamera
kata orang bahagianya dia
kata orang sempurna kali hidupnya
manusia tanpa derita itu nama tengahnya
menggenggam jiwa terluka dan bangkitkannya
keahlian yang tiada duanya
merapikan puzzle hidup manusia berantakan
sudah jadi kebiasaan
iri orang lihat hebatnya
bunga sakura selalu merekah indah di hidupnya
seolah tumbuh abadi bahkan di tengah salju januari
tangannya selembut angin di sore hari
pelukannya seakan melepas jutaan duri
yang keluar dari bibir tebalnya adalah mutiara
tak sedikitpun kerikil terlempar
macam ibu yang kasih sayangnya tulus dan abadi hingga mati
sempurna kisahnya layaknya dongeng putri-putri

di tanah pijakan itu
semua orang memandahg
di atas bukit hijau
bunga-bunga dan kupu-kupu menyempurnakan
dia tak sempurna tapi tak pula cela
manik mata mereka tak mampu turun nyatanya
di bawah tanah pijakan
jurang penuh duri dan batu tajam menanti
tanahnya rapuh,
tak liat orang pada kakinya
tanpa alas di atas duri
darah mengalir deras tak ada yang lihat
masih dia bilang tak apa

dia bukan bodoh yang tak tau apa-apa
dia butuh tangan saja
genggam dia untuk jauh dari bukit derita
nyatanya itu benar-benar dongeng belaka
manusia dengar kisahnya bergidik pergi
semacam dengar kisah horor malam jumat
mereka bilang dia asal bicara
bahkan mulutnya belum sempurna menutup tengah ceritanya
baiklah, masih tak apa
dia coba langkahkan kaki pergi
sekali lagi, tanah itu rapuh
di sinilah dia sekarang
menggantung pada bunga berduri
tangan putihnya memerah berlumur darah
dia masih bilang tak apa
bahkan dia tak mau menyerah untuk pergi
jiwa raganya sudah lelah pada manusia
tak sudi dia minta genggam tangan
di tepi jurang itu dia masih bersyukur
dia bisa lihat indahnya senja dan fajar
nyaman, indah, menenangkan
tapi tangan mulai tak bisa diandalkan
kaki butuh pijakan
tak sadar dia, ada tangan lain tarik dia
ternyata manusia tak sepenuhnya bajingan
sayangnya duri tak mudah dilepas
dia masih duduk di tepi jurang itu
dengan duri dan tangan berlumur merah darah
kaki rapuhnya menggantung lemah
dia masih belum bisa pergi
tapi dia tidak sendiri
ini saja cukup katanya
dan manusia biadab masih lihat dia baik-baik saja

Surabaya, 12 April 2018

mereka kadang dianggap bermuka dua
mereka kadang dianggap tak punya pendirian
mereka juga sering dianggap tak menyenangkan
mereka hanya ingin bahagia
SAMA SEPERTI KALIAN YANG BAIK-BAIK SAJA :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

L

Saat itu kukira indah Saat itu kukira mudah Menikmati rasa pemberian Tuhan Bermain-main dengan kenyataan Merasa hidup sudah melebihi harapan...