Kamis, 14 Juli 2011

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #closing

SEKILAS MEMBEKAS

I dedicated this story for :
- ALLAH SWT, thanks for Your gift. 
- MY BELOVED FAMILY, thanks for your love. 
- ALL MY LOVELY FRIENDS, you are my inspiration
-MY DEAR, BROTHERS AND SISTERS IN SCOUT MOVEMENT, love you all
- MY DISSIMILIAR PERSON, Thanks for made me feeling so crazy with our differences.... Love you... 

Pokoknya this story fully inspirated dari kalian semua... Maaf buat yang nggak bisa aku sebutin namanya satu-satu, demi menjaga privasi. Hohoho.
God, thanks for the differences you’ve made. But, let me enjoy it. I just wanna let my feeling go with the flow. I’m sure you’ve created the best spouse for us. Please, let me feel this happiness more longer. 

^Lutfia Nur Azizah^
e-mail/fb : luupielovely@yahoo.com
twitter : @LutfiaNur

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #4

SEBUAH KEPUTUSAN



Well, Luna hanyalah gadis biasa.
Whisnu memang orang yang dicintainya saat ini, tapi dia bukan seorang peri yang bisa menunggu selamanya. Belum lagi perbedaan agama diantara mereka.
Whisnu pun akhir-akhir ini kembali menjauh dari Luna.
Dan sekali lagi, tanpa alasan yang jelas.....
Kenapa ya sebenernya sama nih cowok?
Super duper GeJe!!!

Beberapa hari terakhir ini Luna memang udah jarang mengunjungi sanggar pramuka. Dengan alasan untuk persiapan Ujian Akhir sekaligus untuk mengurangi ketergantungan Luna sama ekskul satu ini. Tapi selain itu untuk mengurangi intensitas pertemuannya dengan Whisnu. Yap, Luna memang mencoba melatih hatinya buat nggak terlalu cinta sama seseorang. Pengalaman masa lalu itu udah cukup buat pelajarannya di masa depan. Udah capek bo’ mikirin orang gak jelas itu.. hempt..
But, yang namanya hati emang nggak bisa bo’ong. Luna masih belum bisa jauh sama ekskul pramuka (apa emang ada yang diincer ya?). Apalagi kalo udah denger kalo ekskul ini mau ada lomba bentar lagi. Nggak bakal betah deh Luna ninggalin ekskul ini walaupun cuma 1 menit. Look at the good side, Luna sekarang jadi makin deket sama adik-adik kelasnya. Perasaan kecewa sama ekskul ini ketika kepengurusannya pun semakin memudar setelah melihat kekompakan serta kegokilan adik kelasnya.
Luna sering nggak bisa nahan rasa terharu dan bangganya. Sudah sering juga dia hampir netesin air mata ngliat adik-adik kelasnya tidak seperti dirinya dulu. Fikiran serta kenangan buruk pun ikut jatuh bersama tetesan air mata (kenapa jadi puitis banget yak?). Bahkan, fikiran tentang Whisnu juda semakin pudar dari memorinya. Good! 
Walaupun fikiran tentang Whisnu udah memudar, tapi kalo ketemu sama Whisnu hati Luna masih ser-ser an juga lowh.. hehehe! True love never dies euy! Emang bener-bener true love? Yah, yang namanya jodoh siapa yang tahu. Akhir-akhir ini Luna emang terlalu deket sama adik-adik kelasnya. Hampir di setiap topik pembicaraannya dia slalu ngomongin adik kelas. Perbincangan soal Adit ataupun Whisnu pun sudah tidak terdengar lagi.
“Ra, katanya anak-anak pramuka mau main ke Tawangmangu lo. Dasar ya mereka tu, padahal kelas tiga kan lagi ujian sekolah, eh mereka malah kluyuran. Dasar! Hehe.” Cletuk Luna. “Tapi kan yang ujian kita Lun, bukan mereka. Ya biarin aja lah. Eh, kok udah nggak ada kabar soal Adit? Gimana nih lanjutannya?” tanya Nara. “Ha? Oh, e...anu.. kalo itu sih aku biarin aja Ra.” jawab Luna ngasal. “Maksudnya?” heran Nara. “Maksud aku biarin mengalir gitu aja. Kalo jodoh juga nggak akan kemana kok.” Jawab Luna. “Oh gitu.. Bener juga sih Lun. Mending sekarang kita fokus ke ujian sekolah aja.” Kata Nara. “Betul itu!” canda Luna.
Yap, sampai sekarang pun Nara dkk masih belum tau soal perasaan Luna ke Whisnu. Tapi hal itu justru bikin Luna ngrasa safe. Luna nggak pengen akhir ceritanya kayak yang dulu-dulu. Cukup sekian dan terima kasih aja lah. Hohohohohoho 
Tapi, saking deketnya Luna sama adik-adiknya ini mau nggak mau bikin Luna jadi bingung. Emang kenapa? Satu, karena Luna lagi ngrasa kosong gara-gara hubungan saling menjauhi antara Luna sama Whisnu (emang magnet?). Dua, karena Luna bener-bener deket sama adik-adik kelasnya yang sampek-sampek dia lupa sama temen sekelasnya (masalah cowok juga termasuk). Tiga, kayaknya ada CLBK booo’.... Hohohoho! Wait, CLBK? Nggak 100% CLBK juga sih.... But, sama siapa?
Kalo kalian membaca dengan seksama dan dalam tempo yang agak lama, pasti bakal nemu sama yang namanya Feri Aryano. Si kecil yang sekarang ini ngejabat sebagai ketua pramuka ini emang deket sama Luna. Dari dulu sih, itu pun karena urusan pramuka aja. But, akhir-akhir ini sikapnya berubah lagi. Lagi-lagi gara-gara sikap yang berubah. Tapi kali ini karena apa ya?
Selama persiapan menuju beberapa lomba yang akan diikuti sama adik kelasnya ini Luna emang sering banget ngeluangin waktu buat mereka. Nggak jarang Luna ngedeketin Feri buat sekedar ngasih nasihat. Just it! Tapi hal berbeda Luna rasain dari sikap Feri yang tiba-tiba terkesan manja padanya. Awalnya Luna berfikir positif, tapi dari perubahan tatapan matanya Luna ngrasa ada yang berbeda.
“Mik, Man, aku galau lagi nih.” Curhat Luna. “Galau kenapa lagi Lun?” tanya Manda. “Pasti gara-gara Whisnu kan?” tebak Mika. “Iya nggak sepenuhnya sih.” Kata Luna. “Duh Lun, mending to the point aja deh. Ada apa sih?” penasaran Manda. “Kalian pasti udah tau kan soal Whisnu yang ngejauh dari aku? Gara-gara itu aku jadi agak tergoda sama......” “Sama siapa Lun?” penasaran Mika. “Feri.” Jawab Luna singkat dan lirih. “Feri? Ya ampun, kuatin hati kamu ya say.” Hibur Mika. “Iya Lun, tapi kalo emang kamu capek berurusan sama Whisnu, nggak ada salahnya kok kalo kamu mulai membuka hati buat yang lain.” Saran Manda. “Iya Man, makasih ya.” Kata Luna lirih memendam perasaan galaunya.
Akhir-akhir ini Luna menjadi pendiam. Dia terlalu ragu dengan perasaannya akhir-akhir ini. Kadang Luna senang dengan perlakuan Fery, tapi kadang dia takut kalau Whisnu tau. Padahal, kalaupun Whisnu tahu, memang kenapa? Entahlah.. Yang jelas Luna nggak mau salah langkah lagi. Dia takut jika harus mengalami pengalaman yang terlalu pahit untuk yang kesekian kalinya.
Eitss, ternyata ada baiknya juga loh setelah beberapa hari Luna nggak ketemu Whisnu. Sekarang kalau Luna ketemu selalu mencoba senyum. Dan sekarang sikap Whisnu juga nggak terlalu kaku. Dia udah mulai bercandain Luna dan mau ngliat muka Luna kalau ngobrol. Luna seneng banget. Tapi perasaan? Sepertinya Luna sudah lupa dengan yang lalu. Luna sedang menikmati pertemanan barunya dengan Whisnu.
“Luna!” kejut Lani. “Astaghfirullahal’adzim. Lani, ngagetin aja kamu nih! Kenapa sih?” tanya Luna setengah kesal. “Nggak, abisnya kamu diem aja sepagi ini. Hehe.” Cengir Lani. “Ih, nggak lucu tau!”kesal Luna. “Kamu lagi nulis apaan sih Lun?” tanya Lani. “Hah? Ini? Nggak, cuma iseng-iseng doang kok.” “Sini.....” serobot Lani sambil membaca catatan kecil Luna. “Wah, kamu putus sama Whisnu ya?” tanya Lani ngasal “Kapan aku jadian sama Whisnu? Ngaco aja kamu!” kesal Luna sambil sedikit mengacak rambut Lani. “Trus, kenapa kamu nulisnya gini? Ada cowok lain kan?” tanya Lani “Apaan sih Lan? Nggak ada yang lain kok. Karena emang nggak ada yang perlu digantiin.” Jawab Luna sambil menarik catatannya sekaligus meninggalkan Lani sendiri yang memikirkan maksud Luna barusan.
Di tengah-tengah kegalauannya kini Luna sudah mula berani mengambil keputusan. Bukan ini yang dia cari dan butuhkan saat ini. Hingga akhirnya kini Luna benar-benar sudah menghapus fikiran tentang rasa ingin memiliki dan lebih pada tindakan nyata menyayangi sesama. 


KEYAKINAN HATI


The most frightful days has closer...
Yap, Final National Examination alias Ujian Nasional udah di depan mata. Sekarang udah bukan saatnya mikirin hal-hal yang nggak penting.
Luna juga udah prepare buat hari yang menegangkan ini.
Semua tanggungan ‘batin’ buat ekskulnya juga udah dia selesaiin.
Restu dari berbagai pihak juga udah dapet.
Tinggal perang aja dah pokoknya!
Hohoho........

Udah hampir dua minggu ini sanggar udah agak damai dengan ketidak hadiran Luna disana. Katanya sih, Luna pengen ngilangin fikiran tentang sanggar dan tetek bengeknya. 100% focus to the final examination. Kadang kalo lagi sempetin mampir, Luna nggak se-respect biasanya. Ada masalah apapun Luna mencoba nggak ikut campur. Awalnya berat sampek nggak bisa tidur berhari-hari, tapi lama-lama malah jadi kebiasaan. Hohoho..
4 hari penuh Luna dan para siswa kelas XII lainnya berjuang menghadapi ujian. Tapi ada cerita unik di tengah-tengah ujian Luna. Pada hari ketiga ujian, ketika Luna mengajak Lani untuk merefresh fikiran dengan makan-makan di warung depan sekolah, tak dinyana-nyana tak disangka-sangka, Atar, Adit, sama Whisnu ngumpul semua disitu. Nggak cuma bertiga sih, tapi tentunya perhatian Luna hanya tertuju pada 3 cowok yang sudah hampir seminggu tidak ia temui itu. Lani hanya senyam-senyum tiap melihat tingkah Luna yang berbeda-beda ketika salah satu dari mereka mengajak ngobrol atau mengajak Luna bercanda.
“Lan, kok bisa sih mereka ngumpul barengan gini? Sumpah, bikin mati gaya aja tau gak!” salting Luna. “Hahaha.... Rejeki kamu tu Lun! Allah ngasih kamu waktu buat ketemu mereka di saat yang paling gak diduga-duga. Weits, seneng nih kayaknya....” canda Lani. Tapi Luna tiba-tiba terdiam setengah melamun. “Lun? Hoe! Malah nglamun. Mikirin apaan sih?” tanya Lani. “Eh, Lan, hehe.. Nggak, aku cuma bayangin aja gimana rasanya nanti waktu aku udah nggak bisa lagi ketemu mereka karena kita kuliah di tempat yang berbeda-beda.” Jawab Luna agak lirih. “Udahlah, kalo jodoh nggak kemana kok!” hibur Lani. Luna tersenyum mendengar jawaban sahabatnya itu.
Tak bisa dipungkiri, Luna masih nyimpen ati sama mereka. Eits, tapi beda rasa lo ya... Kemarin rasa stroberi sekarang rasa coklat, hehe. Bukan itu, maksudnya, rasa kali ini cuma sebagai sahabat yang agak spesial (btw, pake telor nggak ya?) . Tapi mungkin hari itu akan jadi hari terakhir Luna bisa berkumpul berempat dengan mereka. Karena setelah hari itu, mereka bertiga (para cowok) akan pleser ke kota tempat mereka ingin meneruskan pendidikan. Kadang dalam hati masih ada rasa tak rela, tapi rasa sayangnya lebih besar, sehingga menguatkan hatinya untuk melepaskan mereka pergi. (ceilleeeeeee....)
Dan kabar soal sanggar, pramuka, adik kelas, dan si kecil Fery? Luna masih ingin menghabiskan masa terakhir SMA nya dengan berkegiatan dengan mereka. Soal rasa, urusan belakangan (dipikir roti kali ya?). sayangnya, gara-gara kebiasaan kemarin cuma sebentar-sebentar ngunjungin mereka, Luna pun juga jadi sedikit nggak betahan di sanggar yang dulu dia akui sebagai rumah ke dua nya itu. Mulai bosen kali ya?
Well, finally Luna has learned something from those story. Yaitu, capek banget jadi penulis ataupun sekretaris itu. Pasti dikejar-kejar dead-line! Hehehe... Malah curcol.... Bukan itu deng.. Yang jelas Luna udah mulai bijak memahami soal cinta dan tetek bengeknya, dan dia bener-bener mengukuhkan sebuah pernyataan bahwa persahabatan itu lebih indah daripada apapun di dunia ini. Ya beda orang beda persepsi, tapi setuju kan sama yang itu tadi? Hohoho....
Keyakinan, hal yang paling sulit dimengerti oleh Luna sampai saat ini. Tapi dari keyakinan itulah Luna yakin bisa semakin semangat menajalani hidup dan semakin meningkatkan kualitas hidupnya dan semua orang. Luna pun yakin, jika memang Whisnu yang terbaik untuknya, pasti akan ada jalan untuk membawanya ke jalan penuh hidayah, dan yang pasti, Luna nggak mau dibawa Whisnu! Hehehe.. Egois! Tapi memang Luna harus menjaga keyakinan yang satu ini.



Keyakinan adalah rasa yakin atas apa yang kita yakini. Yakinlah pada keyakinan kita sendiri, maka itulah yang akan membawa kita pada sesuatu yang kita yakini datang. And I believe all will goes well. 

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #3

DEDEKKU SAYANG



Dasar Luna!
Emang paling nggak bisa kalo nggak mikirin siapa-siapa..
Susahnya kalo semua cowok yang deket sama dia langsung ditaksir aja! Hehehehe.. Tapi nggak separah itu juga kali...
Feri Aryano, atau lebih akrab dipanggil Feri.. He is the next target!
Kebetulan sih, ni cowok masih brondi bookk... Brondong maksudnya!
Hempt, dasar mak-mak! 
Not so long relationship! Karena Luna ngrasa rasa sayangnya itu cuma sekedar ke adik dan bukan yang lain.
Another ‘lil brother has come!
Nggak ‘lil brother banget sih. Mereka juga masih satu grade kok!
Aditi Rahmat Sutomo, alias Adit.
Cowok teraneh kedua setelah Atar. Sempet disebut-sebut sebagai kembarannya Atar juga sih.. Tabiat mereka kalo dibandingin emang cuma 11:12! Not so different..
Dalam hal kegokilan terutama!

Luna udah kenal sama Adit sebenernya sejak kelas X. Awalnya gara-gara temen sekelasnya ada yang naksir. Abis itu karena mereka sama-sama ikut kegiatan di pramuka. Yap, hampir semua cowok yang sempet ditaksir Luna masih dalam lingkup ekskul. Kecuali Adma! Luna udah naksir dia sejak sebelum ikut ekskul ini. Emang Luna ni tipe cewek hobi cinlok kayaknya! Ckckckckckck.....
Sejak dulu Luna emang belum pernah bisa marah sama Adit. Walaupun dia lebih nyleneng dari si Atar, tapi Luna belum pernan marah yang teramat sangat sama si Adit. Itu karena setiap Luna mau marah, Adit pasti bikin sesuatu yang bisa bikin Luna ketawa. Hah, emang unik super nih cowok! Karena kebetulan Adit usianya satu bulan lebih muda dari Luna, sejak kelas X Luna sering manggil Adit “dedek”, jadi kalo digabung jadi “dedek Adit”. Hahay...
At first Luna naksir nih cowok emang nggak terlalu jelas. Karena awalnya Luna nggak ngebayangin bisa suka sama Adit. Dia selalu nyaman kalo sama Adit, mungkin itu salah satu penyebabnya. Apalagi untuk perkemahan akbar kali ini Adit jadi ketua sangga dan Luna masih belum juga bergeser dari jabatan tetapnya, sekretaris. Gara-gara itu juga Adit sama Luna jadi lebih sering ngabisin waktu bareng. Buat ngurusin proposal sama tetek bengeknya lah....
Luna sama Adit jadi sering banget ngabisin waktu berdua. Bahkan kemana-mana mereka sering berdua. Mau gimana lagi? Tuntutan kerja juga.. Selain itu, Adit juga selalu minta ditemenin sama Luna walaupun Luna lagi sibuk banget. Dasar dedek! Luna cuma bisa ngomong itu kalau Adit mulai bertingkah. Tapi yang ngeselin, Dyta malah mikir kalo Luna yang suka ‘nginthil’ Adit. Padahal Luna kan cuma nemenin Adit. Itupun karena Adit mrengek minta tolong sama Luna. Yah, orang sirik dikit nggak pa-pa lah.. Ayey!
“Lun, aku tadi di sms pembina suruh kerumahnya! Temenin aku ya?” tanya Adit yang tiba-tiba nongol. “Hah? Ngajak Whisnu aja kenapa? Masa aku lagi?” tanya Luna balik. “Kamu kan sekretarisku! Hehehe.. Nggak gitu, katanya si Whisnu nggak bisa sore ini. Dia cuma bisa bantu ntar malem.” Kata Adit. “Oh gitu, ya udah deh. Tapi nanti aku pulang bentar ya. Aku mau ambil flashdisk dulu.” Kata Luna. “Sip deh!” jawab Adir sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Luna cuma bisa senyum ngliat tingkah ‘dedek’nya ini. Nggak tau kenapa Luna ngrasa seneng banget. Setiap ketemu Adit, Luna pasti senyum. Spontan! Walaupun dia lagi stres nggak karuan sekalipun. Hempt, apa ini namanya cinta? Pertanyaan baru di kepala Luna. Waktu Luna balik ke rumah, cuaca udah mulai mendung. Luna khawatir kalau nanti hujan beneran trus nggak jadi deh ke pembinanya. Alesannya, ini pertama kali Luna bakalan keluar berdua sama Adit (ccciiieeeeee.....), kedua, ini kan koordinasi akhir sama pembina buat kegiatan besok. Hehehe! Jadi mau nggak mau Luna jadi agak khawatir.
Balik lagi ke sekolah, mendung masih juga belum beranjak. Awalnya Luna ragu mau berangkat, tapi akhirnya mereka berangkat juga. Bagaikan dapet durian runtuh pas di ubun-ubun, di tengah jalan ternyata ujan turun! Deres pula. Kebetulan Luna sama Adit naik motor sendiri-sendiri (Adit emang njaga banget soal itu!), dan bukannya brenti dulu, mereka malah makin ngebut dan malah balapan di jalan yang cukup ramai. Dasar orang stres! 
Sampai di rumah pembina ternyata udah terang benderang. Tapi Luna malah kedinginan (gimana enggak? Basah kuyub gitu!). Akhirnya mereka pun memutuskan untuk sholat dhuhur dulu di masjid depan rumah pembina mereka sambil nunggu pembina mereka selesai kerja. Bukannya lurus, Adit malah belok ke sebuah rumah. Luna kurang memperhatikan kemana Adit pergi. Dia tetep pergi ke masjid. Tapi ternyata pintu masjid dikunci, akhirnya Luna nyari Adit. Dengan enaknya ternyata Adit mampir ke sebuah warung samping masjid itu. Luna pun menghampiri Adit.
“Adit, masjidnya dikunci tuh! Gimana nih?” tanya Luna. “Ya udah, nanti sholat di rumah pembina aja.” Jawabnya enteng sambil mengaduk-aduk es cincau di depannya. “Kamu pesen makanan ya?” tanya Luna. “Iya. Kamu mau?” tanya Adit balik. “Uangku di tas. Males balik juga, udah mulai ujan gini.” Jawab Luna. “Pakek uangku dulu. Aku pesenin ya? Sama kayak aku apa nggak?” tanya Adit lagi. Luna sedikit bengong dengan pertanyaan Adit ini. “Hei?” panggil Adit mbuyarin lamunan Luna. “Eh, iya, aku sama aja deh.” Jawab Luna agak kaget. “Buk, satu lagi ya! Sama.” Adit memesankan makanan buat Luna.
Luna masih tertegun. Sambil menahan dingin, dalam hati Luna rasanya ingin berteriak. Senang, malu (soalnya diliatin trus sama ibu yang punya warung), plus deg-degan. Belum lagi Adit nawarin tempat duduk yang lebih deket sama dia. Soalnya emang kebetulan tempat duduk Luna agak basah. Pokoknya dalam hati Luna pengen teriak “Cikiciuw.............” hahahahahaha . Mika sama Manda yang udah tau soal perasaan Luna ke Adit pun nggak luput dari ke’excited’an Luna. Soalnya Luna langsung spontan sms mereka. Intinya saat itu mereka udah kayak orang pacaran deh. Walaupun Luna nggak ngarep banget ama hubungan itu. Hehehehe
Udah kenyang waktunya sholat deh... Luna dipinjami mukena sama pembinanya (punya istrinya tentunya). Dan mereka sholat di ruangan depan rumah pembinanya. Awalnya Luna agak curiga sama Adit yang tiba-tiba naruh HP di depan tempat sholat mereka. Tapi ya sutra lah! Entah apalagi keisengan Adit kali ini. Dan akhirnya mereka pun sholat berjamaah. Sejujurnya Luna ngrasa deg-degan yang hebat banget. Walaupun dia udah beristighfar terus, tapi rasa deg-degan itu tetep juga nggak ilang. What’s it mean, God? Luna cuma bisa berusaha menenangkan hatinya, gimanapun juga mereka kan lagi sholat yang berarti lagi menghadap kepada-Nya.
Selesai sholat, Adit tiba-tiba ketawa-ketiwi sendiri di luar. Luna yang masih ngrapiin mukena jadi agak curiga. Akhirnya dia cepet-cepet ngrapiin mukena dan langsung ngehampirin Adit. “Adit, kamu kenapa ketawa nggak jelas gitu?” penasaran Luna. “Liat deh!” kata Adit sambil nahan ketawa dan nunjukkin sesuatu dari layar HP Adit. “What? Jadi kamu tadi ngrekam pas kita sholat? Dasar orang gila!” kesal Luna sambil menjitak pelan kepala Adit. Adit masih juga tertawa. Luna mau nggak mau juga ikutan ketawa ngliat tingkah Adit ini.
Yap, intinya Luna seneng banget hari itu. Adit bener-bener bikin Luna salting. Dalam hati Luna berkata “Apa ini yang namanya orang pacaran?” yah, sebuah pertanyaan lugu buat cewek yang belum pernah pacaran kayak Luna. Well, all is go with the flow right now.. Kegiatan yang cukup menyita waktu itu pun akhirnya dimulai. Luna mencoba profesional kali ini. Dan harus! Tapi yang namanya godaan pasti ada aja di dunia ini. Di tengah-tengah kegiatan itu tatapan beberapa panitia yang lain sedikit aneh sama Luna. Mungkin mereka masih mikir kalau Luna sekarang hobi ngintilin si Adit. Yang kalo ditelaah sebenernya malah Adit yang selalu minta ditungguin sama Luna. Karena nggak mau semakin berlarut, Luna mulai sedikit ngejauh dari Adit. Yah, setidaknya selama kegiatan itu aja.
Tapi entah kenapa perasaan Luna sedikit berbeda waktu kegiatan itu berakhir. Luna takut jika ternyata dia hanya terkena sebuah pepatah lama dalam ekskulnya itu. “Tenda berdiri cinta bersemi, tenda dibongkar cinta pun buyar”. Wew, agak berat juga sih. Tapi yang paling membuat Luna takut adalah jika ternyata dia hanya salah menilai rasanya pada Adit. Nara yang tau perasaan Luna setelah kegiatan itu berakhir pun mencoba menyemangati Luna.
“Udahlah Lun, kamu jangan mikir yang nggak-nggak dulu dong.. Still positive thinking.” Hibur Nara. “Tapi Ra, aku lama-lama kok jadi ragu ya sama Adit? Dia udah mulai kayak Atar yang dulu. Aku mulai mikir buat ngakhirin semua ini aja Ra. Sebelum makin jauh dan aku makin sulit buat ninggalin Adit.” Keluh Luna. “Luna, jangan mikir gitu! Dari awal aja kamu udah nyerah nggak jelas kayak gini, gimana kamu mau mulai dengan sesuatu yang pasti? Ayolah, semangat! Tapi ya, jangan terlalu berharap ya neng, cowok tu masih suka main-main kalo usia SMA kayak gini.” Pesan Nara. Luna tersenyum mendengar nasehat sahabatnya ini. “Makasih ya Ra.”
Yah, pada akhirnya Luna masih berusaha untuk memperbaiki hubungan yang agak renggang antara dia dan Adit. Nggak berselang lama, mereka udah mulai balik seperti dua orang gila yang lepas dari kurungannya. No one can stop them! Tapi Luna juga nggak bisa bohongin dirinya sendiri. There is no feeling to Adit. Semua rasa itu lenyap begitu saja. Entah kenapa, tapi Luna menyembunyikan hal itu. Kalaupun ada yang lain, biarlah dia datang dengan sendirinya dan tak perlu banyak orang tau. Okay?


IMAN WHISNU DI HATI LUNA


Adit masih menjadi topik hangat di kalangan sahabat-sahabat dan teman sekelas Luna..
Sebenarnya cukup sakit melihat kenyataan itu,
dimana sudah tiada rasa namun masih harus
bersandiwara..
Luna sempat menangis mengingat kata-kata temannya yang selalu mendoakan dia agar bisa selalu bersama Adit.
Rasa sakit itu pun sedikit ditambah dengan sikap Whisnu yang hingga akhir kepengurusan itu masih juga dingin terhadap Luna.
Salah apa?
Pertanyaan besar yang selalu hinggap di kepalanya.
Luna hanya bisa menebak.
Berharap akan mendapat sebuah jawaban pasti tentang itu..

Kegiatan terakhir mereka pun akan segera dilaksanakan. Tapi sampai saat ini masih ada saja masalah tentang siapa ketuanya. Beberapa pengurus setuju kalau Nara yang jadi ketua. Selain dia cukup berkompeten buat ngurus sebuah kegiatan, dia juga bisa dibilang satu-satunya pengurus yang belum ngrasain jadi ketua panitia. Hehehe... Sayangnya, Nara terus-terusan ngelak dari kenyataan itu. Berjuta alasan ampuh dia luncurkan ke pengurus pramuka terutama sama Whisnu. Karena mereka udah temenan di OSIS lama dan bisa dibilang lebih kenal siapa Whisnu dibanding yang lainnya, Nara jadi sedikit lebih mudah menggoyahkan pendirian seorang Whisnu. Tapi nggak berhasil buat para anggota lainnya. Memang sudah nasibmu naakk...... 
“Lun, please dong jangan aku yang jadi ketua. Aku pasti bantu kok, tapi jangan dimasukin inti, apalagi ketua.” Rengek Nara. “Maaf ya sayang, aku nggak bisa berbuat apa-apa. Masalahnya udah nggak ada lagi pengurus yang bisa dan mau ngurus kegiatan ini.” Kata Luna. “Tapi, aku tu nggak terlalu ngerti urusan pramuka, daripada nanti salah lo.” Bela Nara “Kan bisa belajar sayang. Whisnu kan ada. Aku juga pasti ada di belakang kamu kok.” Hibur Luna “Kenapa nggak kamu aja?” tanya Nara “What? Nggak deh.. Udah cukup yang kemarin. Biar yang lain juga ngrasain deh Ra.” Bela Luna. “Hah, bingung aku Lun. Nanti aku ajak ngomong lagi ke Whisnu ya.”pinta Nara. “Ok!” jawab Luna mantab.
Akhirnya mereka pun nyari waktu buat kumpul bareng Whisnu buat ngomongin masalah ketua kegiatan kali ini. Whisnu dengan santai menjawab dan menyangkal setiap alasan ampuh Nara. Kali ini sepertinya Nara tidak bisa membujuk sahabatnya satu ini. Whisnu tetap mengikuti kemauan para anggota lainnya. Berkali-kali Nara memajukan Luna sebagai kandidat kedua, tapi tetap tak mengubah pendirian Whisnu. Luna hanya bisa cengangas-cengenges melihat keinginannya dikabulkan lagi oleh Whisnu. Wehehehehehehe  (Sorry Ra..)
Kegiatan kali ini Whisnu harus kembali menjadi yang paling ganteng diantara para pengurus pramuka. Eits, jangan mikir macem-macem ya, gimana nggak ganteng sendiri, hla wong cowok sendiri. Pengurus kelas XII lainnya cewek semua. Hehehehe.. Mungkin udah kebal kali ya sama hal itu, jadi Whisnu udah nggak terlalu ngeluhin hal itu lagi seperti dulu. Yah, meskipun kegiatan itu nggak dihadiri sama pembina but all is well..
Luna seneng banget akhirnya udah bisa nurunin masa kepengurusannya ke adik kelas. Setidaknya beban Luna udah berkurang satu! Hehehehehe.. Just focus to the final examination! Ayey...  Tapi sebenernya Luna nggak terlalu seneng juga sama hal itu. Emang sih, Luna udah nggak kebebanin lagi sama yang namanya pramuka, tapi ada satu hal yang masih nganggu pikiran Luna, dia takut kalau dia bakalan jarang ketemu temen-temennya. Especially, si Whisnu..
Kok Whisnu? Yap, usut punya usut, ternyata kandasnya perasaan Luna ke Adit itu disebabkan oleh pihak ke tiga. Siapa lagi kalo bukan Whisnu. Sebenernya Whisnu udah mulai mengganggu fikiran Luna sejak kelas XI dulu. Tapi Luna masih menguatkan hatinya ke Atar dengan dalih perbedaan agama diantara mereka. Yang namanya jodoh emang nggak kemana, Luna akhirnya kembali ke Whisnu. Hehehe
Akhir-akhir ini Luna memang jarang bisa kumpul lama sama Whisnu. Belum lagi sikap Whisnu yang belum terlalu berubah ke Luna. Tentunya bikin tambah puyeng fikirannya. Pokoknya ribet dah urusannya nih cewek. Belum juga masalah perbedaan agama yang menurut Luna, itu adalah hal paling fragile untuk dibahas. Susah amat hidupmu nakk......
“Lun! Gimana laporannya?” tanya Nara mbuyarin lamunan Luna. “Laporannya tinggal ngetik doang kok Ra.” Jawab Luna sedikit pelan kali ini. “Kamu ada masalah ya Lun?” tanya Nara. “Nggak. Kenapa?” tanya Luna balik. “Kamu beda! Ada masalah sama Adit ya?” tebak Nara. Yap, emang belum ada yang tau soal Whisnu termasuk Nara. Bukan bermaksud sok jaim, tapi Luna belum siap. “Nggak kok Ra. We just fine.” Jawab Luna sambil tersenyum kecil. “Are you sure?” penasaran Nara. “100% sure. Udah ah, ngerjain laporan yuk.” Kata Luna sambil nyelonong masuk sanggar. Nara pun akhirnya mau nggak mau harus ngikutin Luna masuk buat ngerjain laporan akhirnya.
Semakin hari perasaan Luna makin geje. Tapi pelan-pelan Luna mencoba mengurangi perasaannya pada Whisnu dengan sedikit tidak memikirkan pramuka. But unsuccessful, dia nggak bisa ngilangin bayang-bayang Whisnu. Belum lagi Luna juga belum bisa 100% nglepasin bayang-bayang pramuka. Terlanjur cinta kali ya... Tapi terkadang ada juga fikiran nakal di otak Luna, karena nggak jarang Whisnu masih suka nyambangin sanggar, jadi dia pakek alasan “masih susah ninggalin pramuka” buat alesan biar dia bisa ketemu atau deket sama Whisnu. Dasar anak bandel!
Tanpa sadar Whisnu udah bener-bener merasuk dalam hati Luna (emang bumbu?). Awalnya dia mikir perasaannya sama aja kayak yang lain. Just for play. Tapi entah kenapa fikiran Luna makin nggak karuan. Sampai akhirnya Manda dan Mika pun tahu hal itu. “Lun, kamu nggak kangen sama Adit? Akhir-akhir ini aku nggak liat kamu sama dia.” Tanya Manda setengah menggoda. “Nggak Man. Aku udah nggak ada rasa sama dia.” Jawab Luna tenang. “Tuh kan kebiasaan. Trus, sekarang sama siapa?” tanya Mika. “Ada deh..” jawab Luna. “Kebiasaan lagi deh, udah deh Luna, ngaku aja. Siapa sih?” tanya Manda. “Mantan ketuaku.” Jawab Luna sambil pergi ninggalin Manda sama Mika yang masih bengong gak jelas mikir siapa yang dimaksud sama Luna.
Yap, itulah Luna. Dia sering banget ngasih jawaban lewat teka-teki. Dia jarang langsung to the point. Yah, sapa tahu yang dikasih tau ntar masih nggak mudeng. Kan aman dunia.. hehehehe  Tapi kayaknya Mika sama Manda nggak perlu berlama-lama mikir. Karena basically mereka udah sering banget dicurhatin soal pramuka sama si Luna. So, mereka bisa cepet banget nebak kalo si Whisnu lah oknum yang sengaja disembunyikan oleh Luna.
“Jadi si Whisnu?” tanya Manda tiba-tiba. “Hah? Kok cepet banget kamu taunya?” heran Luna. “Please deh Lun, teka-teki kamu tu gampag banget ditebak sama kita. Emang kita tu amnesia apa.” Kata Mika. “Yah, selamat deh udah njawab teka-teki aku dengan sukses. Tapi tolong ya nggak usah disebar-sebar. Aku takut kalo nanti ada fikiran-fikiran negatif dari orang lain. Kamu tau sendiri lah, kalo si Whisnu kan orang kristen dan aku muslim.” Jelas Luna. “What? Whisnu tu kristen? Masa sih Lun?” kaget Manda. “Lah, kamu nggak tau ta ternyata?”cletuk Luna. “Nggak! Tapi it’s ok lah, kita nggak akan kasih tau siapa-siapa soal ini. Kalo alesannya kayak gini sih aku ngerti banget kalo kamu sembunyiin.” Kata Manda. “Thanks ya...”
Well, makin hari Luna makin ngebiarin aja perasaannya itu mengalir seperti air. Tapi setiap Luna keinget sama satu perbedaan itu dia ngrasa sedih banget. Nggak jarang dia hampir nangis gara-gara hal itu. Gimanapun juga kalo hubungan itu bener-bener berlanjut pasti bakalan muncul gunjingan dari banyak pihak yang akan menyudutkan mereka. Walaupun Luna sendiri nggak tahu gimana perasaan Whisnu ke dia. Hempt, susah amat dah...
Berkali-kali Luna mencoba nyingkirin fikiran nakal tentang Whisnu ataupun lainnya. Luna hanya ingin fokus pada Ujian Akhirnya. Gimana pun juga dia harus tetep nglanjutin sekolahnya kan. Walaupun masih mbambung sebagai seorang Scouter Sejati. Hehe... Usaha berbuah pait. Berkali-kali Luna berkonsultasi pada teman-temannya tapi hanya berbuah hasil yang kurang memuaskan bagi Luna.
“Ka, aku udah nggak ngerti lagi deh...” rengek Luna. “Kenapa sih Lun? Whisnu lagi?” tanya Mika. “Menurut kamu siapa lagi cantik?” kesal Luna. “Duh, aku juga nggak ngerti nih Lun. Kamu udah tau belum gimana perasaan Whisnu sama kamu?” tanya Mika. “Belum. Dia tu terlalu misterius di mata ku. Anak-anak lain tu bisa aku baca fikirannya, cuma Whisnu yang susah banget. Capek banget dah!” keluh Luna lagi. “Ya udah lah Lun, kalo emang kayaknya Whisnu itu nggak bisa di pertahankan, mending kamu nggak usah terlalu maksain deh.” Saran Mika. “Maksud lo? Ninggalin dia gitu? Nggak maaaauuuuu....” mewek Luna (manja amat dah..) “Ya terserah kamu.” Jawab Mika singkat. Luna makin membenamkan mukanya pada lipatan tangannya.
Emang bener sih sama apa yang Mika bilang.. Tapi kayaknya emang si Luna nih udah terlanjur cinta mati deh sama Whisnu, so, walaupun harus nglewatin gunung setinggi Himalaya ataupun nglewatin samudra Hindia pasti dia jabanin deh.. Namanya juga love die (cinta mati).. hehe..

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #2

CINTA ANEH MANUSIA ANEH



Atar Fachri Agung Prawira….
Nama itu semakin menggila di fikiran Luna. Setidaknya sejak perkemahan akbar di sekolahnya dulu.
Sejak patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan dari Admajaya Purnama, Luna mulai mengenal Atar. Itu semua juga berkat Lilia. Atar adalah teman sekelas Lilia sejak kelas X. Mereka juga cukup dekat mengingat mantan pacar Atar adalah sahabat baik Lilia. Mau nggak mau sampek sekarang mereka tetep deket.
Awalnya Lilia nggak tau kalo Luna punya rasa sama Atar.
Pertama kali Luna memproklamirkannya, Lilia langsung diam tanpa kata. Entah shock atau apa yang jelas siapapun juga bakalan kaget kalo tau ada cewek yang naksir cowok macam Atar ini.
Itulah Atar, cowok paling ’wierd’ seSMADA.
Azty mantannya pun belum bisa memberi jawaban pasti akan alasan dia mau berpacaran dengan Atar.

Awal mula Luna mulai nglirik Atar adalah karena sikap Atar yang tiba-tiba berubah padanya. Atar yang awalnya cukup cuek tiba-tiba sangat perhatian. Cewek manapun pasti bakalan klepek-klepek kan sama cowok yang perhatian sama dia? Minimal ngefans atau sekedar kagum. Atar juga sahabat Whisnu. Sejak SMP mereka sudah menjadi aktifis pramuka. Jadi tanpa sengaja mereka jadi sahabatan kayak gini, ditambah mereka pernah sekelas waktu kelas X.
“Hai Lun!” sapa Nara. “Hei Ra! Abis dari mana?” tanya Luna. ”Abis dari ruang OSIS. Pramuka mau rapat ya kok kamu duduk sendirian di sanggar?” tanya Nara balik sambil celingukan. ”Nggak Ra, ini aku lagi nungguin Lilia. Aku minta bantuan soal proposal.” jawab Luna. ”Ooohhh....” mulut Nara membentuk bulatan yang lucu mendengar jawaban temannya itu. ”Ehem..” Nara memberi kode kepada Luna. ”Kenapa Ra?” tanya Luna. ”Tuh!” Nara menunjuk seseorang yang tinggi besar yang baru saja keluar dari kelas sunduk sate di SMADA. Luna sedikit tersipu dengan ojlokan Nara. Nara hanya tertawa melihat reaksi Luna.
Tak dinyana ternyata Atar juga mampir ke sanggar. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh pengurus putra ekskul itu. Mentok ya cuma Whisnu. ”Hai Atar!” sapa Nara. ”Hai Ra! Mau rapat ya? Kok nggelar tikar segala?” tanya Atar. “Nggak kok, ini tadi si Whisnu yang iseng. Abis buat nongkrong sama anak OSIS.” Jawab Luna menahan rasa deg-degan dalam dirinya. “Oh gitu! Aku pikir mau rapat. Aku pulang dulu ya.” Pamit Atar. “Kok buru-buru?” tanya Nara sambil nyodok lengan Luna pelan. “Aku mau jemput adik dulu. Dah dulu ya.” Kata Atar.
Dalam hati sebenarnya Luna ingin menahan kepergian Atar. Yah, sejak adanya rasa sakit yang diberikan Adma dulu, hanya Atar yang bisa bikin Luna tertawa. Dan Luna tidak ingin lagi kehilangan tawanya. Semangatnya pun terus terpompa ketika bersama Atar. Apalagi kalo lagi kena semprotannya si Whisnu, cuma Atar yang bisa buat dia tegar. Walaupun sebenernya Atar belum pernah nglakuin sesuatu buat nglindungin Luna, tapi dengan adanya Atar disampingnya udah bikin dia nyaman.. So sweeeettttt.......... 
Selama beberapa bulan, belum ada yang tahu soal perasaan Luna ke Atar. Nara dan Lilia pun masih menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Hanya saja Lilia belum bisa menutup rahasia itu dari Adma. Yah, Adma memang sedikit punya kelebihan menerka apa yang difikirkan orang. Tapi bukan peramal lo.....
Setengah tahun beralu, ulangan semester gasal pun sudah selesai dihadapi. Tinggal menunggu remidian dari para guru pengajar. Pagi ini Luna berniat untuk berangkat sedikit siang. Inilah surganya para siswa SMADA. Untuk satu minggu mereka bebas ke sekolah atau tidak dan berangkat jam berapapun yang mereka mau. Mantab! Tapi untuk seragam, tetep.......
Pukul 07.35 WIB Luna berangkat dari rumahnya. Itu sesuai dengan janjinya dengan teman-teman sekelas. Kalo masalah beginian aja Luna jarang telat. Hehehe! Setiba di sekolah, Luna melihat sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, bahkan dalam mimpi sekalipun. Dia ngliat Atar mboncengin cewek lain tepat didepan matanya. Rahayu, itulah nama cewek yang udah bikin hati Luna panas. Memang Luna tau kalau Rahayu adalah teman dekat Atar. Tapi yang namanya cemburu ya mau apa dikata?
Atar yang tau kalau dia udah ketauan mboncengin cewek lain di depan Luna pun langsung berusaha bersikap biasa saja. Atar pun memilih jalan yang berbeda dengan Rahayu. Luna menghela nafas, mencoba menenangkan hatinya yang panas. ”Mikkaaaa...........” heboh Luna ketika baru saja masuk ke kelasnya. ”Kenapa Lun?” penasaran Mika. Manda dan Yusma yang mendengar kehebohan itu pun langsung ikut nimbrung. ”Tadi aku liat Atar boncengin cewek lain. Hhhhuuuuaaaaa!” manja Luna. ”Emang siapa Lun?” tanya Manda. Luna melihat keluar dan tanpa sengaja Rahayu lewat di depan kelasnya. ”Tuh!” Luna menunjuk keluar kelas. ”Hempt, itu mah Atar boncengin temennya sendiri!” kata Mika ketus. ”Dasar kamu Lun! Gitu aja cemburu. Cuma temen doang mereka itu!” jelas Manda. ”Biarin!” jawab Luna ngeyel.
Di tengah-tengah kekesalannya itu, Luna mendapat panggilan dari pembina pramukanya yang tidak lain adalah pak Budi. Luna pun segera menuju perpustakaan. Disana sudah terlihat Whisnu, Uni, dan Dyta. ”Ada apa pak?” tanya Luna. ”Mana absensi kelas X selama satu semester ini?” tanya pak Budi balik. ”Nggak saya bawa pak, tadi di rumah.” jawab Luna lirih. ”Aduuuhh... Ambil sekarang juga!” perintah pak Budi. Untuk kali ini Luna nggak mungkin bisa ngelak. Tapi untuk keluar sekolah harus bawa motor pasti bakalan diriwetin nih jalannya.
Mereka kembali ke sanggar dan memikirkan jalan keluarnya. ”Masa aku sendirian balik?” bingung Luna. ”Luna! (sedikit berlari menuju Luna) Kamu nggak sendiri kok. Nih Atar mau nganterin.” kata Lilia. ”Tapi motorku bensinnya abis. Pake motor kamu aja ya?” tanya Atar. Hati Luna berbunga-bunga mendengar hal itu, tapi sekejap terjatuh karena teringat perijinan keluarnya. ”Tapi kan motor aku di dalam? Gimana nih?” panik Luna. ”Kamu tenang dulu dong! Nggak usah panik dulu. Coba pinjem motor siapa gitu.” kata Whisnu yang lebih pelan dan halus kali ini. Tapi entah tiap Whisnu bicara sama Luna, dia lebih sering menundukkan kepala. Luna sedikit merasa tenang dengan kata-kata Whisnu itu.
Dewi penyelamat datang. Kak Iza, mantan sekretaris pramuka yang baru aja dateng bilang kalo motornya ada di luar gedung sekolah. Dengan senang hati kak Iza meminjamkan motornya. Jadi sekarang tinggal nyari ijin keluar sekolahnya deh. Thanks God! Selama perjalanan Luna hanya senyam senyum nggak jelas. Belum lagi kalo tiba-tiba Atar ngasih pertanyaan asal sama Luna. What a great time ever! Luna ngerasa bahagia banget walaupun sempet panas waktu pagi tadi.
Back to the school again…. Luna kelupaan satu arsip absensi di sanggar. Atar masih ngikutin Luna. Di tengah-tengah saat itu, HP Luna tiba-tiba rusak. Dia pun nggak nyia-nyiain waktu. Luna minta tolong Atar buat merbaikin HPnya. Berbeda dengan yang sebelumnya, Atar malah ngegaringin Luna. Dengan sedikit memaksa pun Atar sama sekali tidak berniat untuk menghentikan gamenya dan mendengar keluhan temannya. Karena kesal, Luna langsung ninggalin Atar dan langsung menuju perpustakaan. Uni sama Dyta yang udah nungguin Luna cuma bisa diem ngliat tingkah aneh Luna yang tiba-tiba terlihat kesal itu.
Di kamar kecil nan mungilnya Luna mulai mengeluarkan tabiat jeleknya sejak puber dulu, ngomong sendiri! Masih mendingan deh kalo ngomong sama boneka. ”Huh, heran deh sama Atar! Dulu baik-baikin aku, eh, beberapa minggu kemarin dia malah nyuekin aku. Tadi bikin aku cemburu trus dengan ikhlasnya mau nganter aku balik ke rumah, eh abis itu super cuek trus nggak peduli sama aku sama sekali. Sebenernya apa sih maunya tu anak?” kesal Luna. Dia diam sejenak sambil memandangi koleksi sticker yang dia dapet selama berkegiatan di pramuka. ”Ngomong-ngomong, Whisnu nggak galak-galak juga ya?” kata Luna tiba-tiba sambil tersenyum ketika mengingat ucapan Whisnu kepadanya tadi.
Hari berganti hari.. Sikap Atar mulai berubah! Hal itu mau nggak mau bikin Luna lumayan kesel. Dulu terkesan Atar selalu mencari perhatian Luna, tapi sekejap semua berubah. Atar udah nggak kayak dulu lagi. Sekarang ini seakan-akan Atar bersikap dia tidak ingin didekati. Atar seperti ingin bilang pada Luna kalau lebih baik dia segera menghentikan hal ini. Sakit! Disaat Luna sedang benar-benar jatuh cinta padanya, Atar malah ingin mengakhirinya.
Lilia yang menjadi sahabatnya sejak menjadi kekasih Adma sedikit curiga dengan berubahnya sikap Luna dan Atar akhir-akhir ini. ”Lun, kamu ada apa sama Atar?” tanya Lilia. ”Nggak ada apa-apa Li. Aku cuma pengen ngakhirin semua ini aja. Jadi kesannya kita kayak agak menjauh.” jelas Luna. ”Ohh.... Eh tunggu! What? Apa maksud kamu tadi?” kaget Lilia. ”Udahlah Li, biasa aja! Aku capek sama dia. Dia juga kayaknya nggak seneng sama sikapku slama ini.” jawab Luna lemah. ”Tapi sureprise kamu buat dia pas ulang tahunnya lusa gimana?” tanya Lilia. ”Tetep jadi kok! Anggep aja sebagai kenangan terakhir buat dia.” jawab Luna tenang.
Yap, lusa Atar ulang tahun dan semenjak sebulan yang lalu Luna udah heboh banget konsultasi sama temen sekelas, Lilia, bahkan ibunya tentang hadiah dan pesanan kue tart. Diputuskan Luna pesan kue tart pada hari itu juga. Dengan menahan rasa sakit, Luna mengajak Lilia untuk mengantarnya pergi keluar mencari kue tart. Di temani hujan rintik yang lama-lama jadi deras, akhirnya mereka dapet kue tart itu setelah muterin hampir semua toko kue di Ponorogo.
”Li, aku lupa, nanti buat mangkuk tartnya kan aku belum punya. Aku beli dulu ya.” pamit Luna. ”Oh, ya udah Lun, nanti soal sureprise biar aku sama Adma yang urus.” jawab Lilia. ”Thanks ya Li.” Luna langsung menuju motornya buat beli mangkuk tart. Waktu perjalanan balik ke sekolah, karena kurang konsentrasi Luna hampir aja nabrak kucing dan plastik berisi pisau sama mangkuknya pun ikut jatuh. Tiba-tiba perasaan Luna jadi super nggak karuan. Tapi ya udahlah.... Moga aja nggak ada apa-apa.
Acara sureprise berjalan dengan lancar (thanks buat para pembina and para pengurus pramuka ), Atar juga keliatan seneng banget dapet kejutan yang nggak pernah dia bayangin sebelumnya. Luna tersenyum ngliat semua orang seneng. Walalupun sebenernya sih hatinya nahan sakit banget. Lilia yang tahu isi hati Luna pun mencoba ngasih semangat dengan terus tersenyum sama Luna. (Thanks Li! )
Well, karena hal itu udah berakhir, jadi berakhirlah sudah jalinan temen super deket antara Luna dan Atar. Emang keduanya belum ngresmiin hubungan apapun, tapi buat Luna hubungan mereka kemarin cukup berkesan. Walaupun juga menyakitkan. Huhuhuhu  Kini Luna sendiri, dalam artian lagi nggak pe-de-ka-te dengan siapapun. Selamat tinggal cinta aneh untuk manusia aneh! I am free........... ayey! 



UJIAN



All is over!
Kata-kata itu terus berusaha Luna tanam dihati kecilnya yang masih menahan rasa sakitnya atas Atar.
Luna bingung, siapa lagi yang bisa buat dia tersenyum setelah Atar pergi? Adma? Masih menambah luka untuk Luna.
Adma memang sudah milik Lilia. Luna juga tidak berfikiran untuk merebut Adma. Never!
Tapi setiap melihat mereka bersama, Luna selalu teringat luka lalu. Luna terlalu sering tertawa diatas rasa sakitnya sendiri. And no body knows!

Meski begitu Luna tetap bersyukur. Dia masih mempunyai banyak sahabat di sampingnya. Lilia pun masih menjadi sahabatnya. Meski Adma kurang menyukai kedekatan Lilia dan Luna. Mungkin menurutnya Luna terlalu ikut campur dalam urusan pribadi mereka. Padahal Luna sering menemui Lilia hanya untuk berkoordinasi tentang ekskul.
“Luna!” panggil Adma. “Yah? Kenapa Ad?” tanya Luna. “Kamu tadi dapet sms dari Lilia?” tanya Adma balik. “Maksud kamu? Dapet sms apa? To the point aja deh.” Bingung Luna. “Ya udah, nggak pa-pa!” kata Adma sambil ninggalin Luna yang masih bingung dengan pertanyaan Adma barusan.
Luna masih penasaran dengan maksud pertanyaan Adma barusan. Sms? Sms apa? Apa Lilia punya pengumuman tentang ekskul? Atau dia punya berita baru? Akhirnya Luna pun mutusin buat sms Lilia (daripada mati penasaran!).
Li, kamu tadi sms aku nggak?
Kalo iya, sms apa?
Barusan Adma tnya sma aq.
Blz
Yap, bukan hal baru juga, Lilia sama Adma adalah tipe orang yang paling lama bales sms. Pernah juga mereka di sms hari ini baru dibales keesokannya. Heran! Trus punya HP fungsinya buat apa yak? Buat pacaran doang kali ya? Sekitar setengah jam selanjutnya Lilia akhirnya bales juga.
Nggak tuh Lun!
Sms apa? Tp emg Adma dr td sms aq
gak aq bles2. mgkn dkiranya aq
smsan sma qmu.
Smsan sama aku? Itulah pertanyaan baru dalam fikiran Luna. Emang kalo Luna smsan sama Lilia kenapa? Luna bakal ngrebut Lilia dari Adma? Hellooooo, masih normal juga kali ya gue! (ntu tadi isi hatinya Luna lowh!) Emang kecemburuan Adma itu cukup bikin jengkel Luna. Luna cuma butuh Lilia kalo lagi ada kegiatan aja. Tapi entah kenapa Adma kayaknya nggak suka! Buatnya Lilia cuma buat dia. No body can change!
Adma emang baru setahun ngrasain kehilangan yang amat besar dalam hidupnya. Kehilangan satu-satunya perempuan dalam keluarganya. Ibunya meninggal ketika tahun pertama kemarin. Kebetulan Lilia juga sudah ditinggal ayahnya sejak kecil, maksudnya sejak bayi. Keduanya disebabkan oleh hal yang sama, kecelakaan. Mungkin hal itu yang bikin Adma jadi ngrasa senasib sama Lilia. Tapi bukan berarti bisa memiliki Lilia seutuhnya ketika masih bertugas.
“Lilia mana?” tanya Whisnu. “Nggak tahu! Kayaknya sih keluar sama Adma.” Jawab Luna kurang memperhatikan Whisnu. Nggak tahu kenapa dari dulu gaya bicara mereka slalu gitu. Kalo ngomong nggak pernah mandang satu sama lain. Heran! “Nanti kalo Lilia udah dateng suruh nyiapin materi buat ntar!” kata Whisnu. “Oke!” jawab Luna sambil mengacungkan 2 jempolnya, kali ini dengan nada sedikit santai. Kadang buat nyindir Whisnu, Luna nggak jarang ngikutin gaya ngomongnya Whisnu. Hehehehehehe, makanya pak, jangan serem-serem jadi orang! 
Beberapa menit kemudian Lilia dateng sendirian nggak seperti biasanya. “Hai Lun!” sapa Lilia. “Eh Li, dari mana?” tanya Luna. “Aku tadi abis lunch sama yayang Adma. Hehehe!” manja Lilia. Sebenernya Luna sering ilfeel ngliat tingkah Lilia ini, tapi dia diem aja, nyenengin hati orang toh masih ibadah juga. “Whisnu tadi minta kamu nyiapin materi buat ntar.” Kata Luna. “Hah? Materinya apaan? Trus, ntar outbondnya gimana? Aku juga?” tanya Lilia. “Palingan juga ntar diurus sama Whisnu. Udah, tenang aja.” Jawab Luna nenangin Lilia.
Di tengah keasyikan mereka nyiapin materi, tiba-tiba Whisnu masuk ke sanggar. Lilia sama Luna sempet kaget ngliat kehadiran Whisnu yang mendadak itu. Whisnu cuma ngliatin mereka berdua abis itu keluar gitu aja. Luna cuma bisa saling pandang sama Lilia ngliat tingkah aneh Whisnu itu. “Whisnu ngapain sih barusan?” tanya Lilia. “Auk!” jawab Luna sambil mengangkat kedua bahunya. “Adma mana?” tanya Whisnu tiba-tiba ngagetin mereka lagi. “Adma ada tuh di camp PMR.” Jawab Lilia setengah bingung. “Lain kali kalo keluar berdua liat-liat dulu masih ada tugas ato nggak! Jangan seenaknya!” kata Whisnu sambil ninggalin mereka lagi.
Terlihat wajah Lilia yang mulai mengerut karena udah tua, eh, karena menahan kekesalan abis denger kata-kata Whisnu tadi. Lilia sama Whisnu emang sekarang lagi sering bertengkar. Itu semua karena Lilia sering banget ninggalin tugas cuma demi bisa keluar sama Adma. Adma sebagai ketua ekskul PMR pun ternyata juga sering ninggalin tugasnya di PMR. Beberapa anggota PMR juga pernah nyalahin anak pramuka atas ini. Mereka mikir kalo anak pramuka itu ngekang Adma disana. Padahal, anak pramuka sendiri juga sering ditinggalin ama mereka. Huft! Bikin rusuh aja.
Luna sebagai sekretaris yang paling sering nongol di sanggar pun nggak luput dari pertanyaan para pewarta amatir. Banyak banget yang nanyain soal Lilia sama Adma yang digosipin sering ninggalin tugas cuma buat pacaran (padahal bener). Sedih, sakit, malu! Luna disalahkan di berbagai tempat. Sedangkan Whisnu, dia cuma diem! Belum ada tindakan pasti atas tingkah ketua 2 nya itu. Hal itu terus berlarut sampai kegiatan pelantikan yang diketuai Vira.
Pagi-pagi banget Vira udah sms Luna.
Lun, aq smlem di sms sma Whisnu,
ktnya nnti plang skul adik2
yg ikt plantikan sruh dkmplin.
Tp Whisnu ktanya gak bsa ngkutin full.
Dia bagi wkt ma OSIS.
Here we go.................. (kata Luna dalam hati)
Oke! Insya Allah nnti aq kmpulin adik2nya..
Luna cuma bales itu. Luna sebenernya udah capek. Kegiatan kali ini bener-bener nguras fikiran, perasaan, ama kesehatan Luna. Gimana nggak, masih di bawah tekanan dari anak PMR, Lilia yang makin jadi sama Adma, Whisnu nggak bisa full bantu, pengurus lain mulai angkat tangan, plus adik-adik kelas yang kurang bisa bersahabat sama pengurus. Ffiiiuuuuuuuuuhhh..... Helaan nafas yang kian panjang. Cuma itu yang bisa Luna lakuin buat nahan tekanan itu.
Hal yang ditakutin Luna pun kejadian. Adik-adik kelas banyak yang ngacir dengan alasan yang berbeda-beda. Lilia juga masih ama penyakit akutnya. Whisnu yang diminta cepet dateng ke sanggar masih sibuk sama urusan OSISnya. Vira, Uni, sama Luna makin bingung karena beberapa pengurus juga udah ngeyel pengen cepet pulang. Mereka terus-terusan nyalahin Whisnu yang nggak juga dateng dari tugas OSISnya. Lilia juga makin sulit dihubungi. Sebenernya bukan sebuah kejadian langka kalo Lilia sulit dihubungi, tapi setidaknya kalo lagi ada kesibukan gini setidaknya ngrubah kebiasaan dikit nggak dosa kan?
“Ya Allah, sabar..sabar.... Huft!” keluh Luna. “Kenapa sih Lun?” tanya Vira. “Nggak pa-pa Vir, cuma aku nggak bisa bayangin aja gimana ntar reaksi Whisnu kalo balik. Uni mana?” tanya Luna balik. “Baru aja balik sama Dyta.” Jawab Vira. Huuufftt... Sekali lagi menghela nafas panjang untuk sedikit menenangkan diri. Kekhawatiran Luna akhirnya kejadian juga. Whisnu baru aja balik dari tugas OSISnya. Dan seperti biasa Whisnu kaget ngliat sanggar masih sepi-sepi aja, cuma ada Vira, Luna, sama satu adik kelas yang iseng-iseng duduk di depan sanggar.
“Mana anak-anak?” tanya Whisnu. “Barusan pulang Nu.” Jawab Luna lirih. “Pulang? Trus adik-adik udah dikumpulin?” tanya Whisnu yang kini dengan nada yang agak tinggi. “Tadi aku sama Luna udah nyoba ngumpulin Nu, tapi mereka sulit banget diajak kumpul. Mereka tadi banyak yang pulang, katanya ada keperluan.” Jelas Vira. Dari cara bicaranya yang terdengar sedikit terbata-bata udah keliatan banget kalo sebenernya Vira lagi takut plus deg-degan banget. “Baru aku tinggal bentar buat tugas aja udah kayak gini kelakuan kalian! Tanggung jawab kalian dimana? Lilia mana?” marah Whisnu. Kali ini amarahnya udah nggak bisa ditahan lagi. “Lilia keluar sama Adma.” Jawab Luna lirih sambil menutupi rasa takutnya. “Aku nggak mau tahu, pokoknya kumpulin semua panitia! Kalo sampek aku balik masih juga belum nambah, aku nggak akan bantu kegiatan kali ini.” Ancam Whisnu sambil ninggalin mereka berdua yang dari tadi menunduk.
Terlihat Vira terdiam. Dia sepertinya teralu takut dengan ancaman Whisnu. Yah, kegiatan ini emang terancam nggak ada panitia cowoknya. Jadi kalo Whisnu nggak ikut beneran, berarti bener-bener nggak ada cowoknya. Luna mencoba menenangkan Vira. Luna memaksakan diri buat tersenyum. Akhirnya Luna mencoba menghubungi panitia yang kayaknya masih ada harapan buat balik ke sekolah. Vira juga nyoba ngehubungin Tara en plen. Tapi satu masalah dateng, gimana cara buat hubungin Lilia? Dia pasti bakalan susah banget dihubungin.
Sekitar 5 menit kemudian Uni dateng. Tapi kali ini dia sendirian dan nggak bareng Dyta. Katanya Dyta nggak bisa dateng karena motornya dipakek. Luna masih tetep ngrasa lega, setidaknya masih ada panitia yang dateng. Luna terus nyoba hubungin Lilia, tapi tetep nggak diangkat. Uni sama Vira hampir putus asa. Mereka mulai pasrah dan mau nggak mau harus siap nerima kekesalan Whisnu. Luna hampir nangis ngeliat teman-temannya keliatan begitu nelangsa. So saaaddd...... 
“Masih nggak diangkat Lun?” tanya Vira. Luna menggelengkan kepala. Tiba-tiba terdengar suara sautan dari seberang HP Luna. “Halo? Lun, kenapa?” “Li? Kamu dimana? Cepetan ke sekolah sekarang!” kata Luna terburu-buru karena saking kaget dan gugupnya dan sampek lupa nggak salam. “Pasti Whisnu marah lagi kan? Oke, aku balik sekarang.” Jawab Lilia tanpa ada rasa bersalah. “Cepetan ya Li, Assalamu’alaikum.” Salam Luna. Luna, Vira, sama Uni cuma bisa saling pandang denger jawaban Lilia yang terkesan ‘ngentengin’ masalah ini. Padahal ini adalah masalah hidup dan mati (nggak segitunya juga kaleeee......).
Beberapa menit kemudian Whisnu balik ke sanggar. Tapi dia nggak masuk. Kayaknya sih dia tau kalo si Lilia belum balik ke sanggar. Vira, Uni, sama Luna yang dari tadi di dalem sanggar cuma bisa manjatin do’a-do’a sebisanya. Kalo perlu surat-surat satu Al-Qur’an dibaca semua deh.. Gimana enggak, Whisnu pasti bakalan marah sama mereka ditambah lagi Whisnu sama Lilia pasti bertengkar lagi. Keparanoidan mereka makin menjadi-jadi. Tapi tiba-tiba Whisnu dipanggil anak OSIS lagi. Akhirnya dia pun ninggalin sanggar lagi.
Nggak lama abis Whisnu pergi, akhirnya Lilia dateng sama Adma. Nggak ada raut wajah khawatir ataupun rasa bersalah. Padahal jelas-jelas dia udah nglakuin kesalahan plus udah bikin Whisnu marah. Finally, the show time..... Whisnu akhirnya balik lagi ke sanggar. Kali ini dia bener-bener akan mulai melampiaskan kekesalan sama unek-uneknya tentang Lilia. Luna memilih tempat agak pojok yang sekiranya bisa buat pegangan kalo tiba-tiba Whisnu marahnya gak ketulungan. Kebetulan juga si Whisnu duduknya deket sama Luna. Makanya Luna deg-degan nggak karuan. Aattuuuutttt!!!!!!!!! :p
“Sadar nggak kenapa aku ngumpulin kalian dengan cara kayak gini?” pertanyaan pembuka Whisnu yang kayaknya juga agak retoris . Hening, udah nggak beda sama kuburan tengah malem. “Vir, aku tadi nyuruh kamu apa? Kenapa cuma gara-gara aku tinggal bentar aja kamu bisa seenaknya?” tanya Whisnu yang keliatan banget sambil nahan marah. “Aku udah nyoba Nu, tapi adik-adik kita tu sulit banget diajak kumpulnya!” bela Vira. “Tapi bukan berarti panitianya bisa kamu ijinin pulang gitu aja kan?” kali ini dengan nada tinggi. “Nu, kita udah berusaha! Tapi emang kenyataannya tu kayak gini! Please, hargai kita dong...” kali ini Luna yang memakai nada tinggi (emang nyanyi?). Luna mulai meneteskan air mata. “Oke, kalo kalian marah sama aku! Terserah!” terdiam sejenak. “Kamu Li, darimana aja kamu?” “Abis keluar sama Adma.” Jawabnya enteng.
Vira sama Uni cuma bisa saling lirik. Mereka nggak habis fikir sama jawaban Lilia ini. “Temen-temen kamu kerja kamu malah pacaran? Enak banget kamu!” yap, pertama kali Whisnu bener-bener marah. Lilia mulai menatap sinis Whisnu, matanya mulai berkaca, sedangkan Adma hanya terdiam di pojok sanggar. “Gini deh, aku ngomong aja sekalian! Abis pelantikan ini, aku mau mundur dari jabatan aku ini, dan aku mau keluar dari pramuka. Aku mau bebas!” jawab Lilia lantang. Luna masih tersedu-sedu melihat pertengkaran antara kedua ketuanya ini. Semudah itu Lilia memutuskan hal yang paling kekanak-kanakan di saat seperti ini.
Whisnu terdiam sejenak. “Terserah!” kata Whisnu pelan. Semua pandangan kini tertuju pada Whisnu setelah kata itu terucap dari mulutnya. “Terserah kalian sekarang mau apa! Aku nggak mau tahu.” Whisnu langsung ninggalin mereka. “Ya Allah....... Please, jangan egois dong.....” kata Luna sambil menangis setelah Whisnu pergi. “Lun, aku bukannya egois........” “Nggak egois?” Luna memotong kata-kata Lilia. “Kamu enak-enakan keluar sama Adma, terus Whisnu marah yang kena malah aku, Uni, sama Vira! Gitu namanya nggak egois? Sekarang seenaknya aja kamu mutusin hal kayak gitu! Nggak egois dari mana Li?” Luna akhirnya menghempaskan seluruh isi hatinya. Dia pergi ninggalin teman-temannya. Dalam fikiran Luna saat ini hanyalah menghindar jauh dari mereka.
Beberapa saat kemudian Luna mutusin buat balik ke sanggar. Gimana nggak, tas ama HPnya masih disitu! Hihihi... Sanggar udah sepi. Ruang OSIS juga kayaknya udah mulai sepi. Cuma terlihat segelintir orang yang lagi sibuk ngurusin sesuatu. Luna segera ngambil tas ama HPnya. Masih teringat jelas kejadian barusan. Luna menghela nafas pelan, dia sama sekali nggak ngebayangin bisa jadi kayak gini. Di tempat parkir Luna nglewatin sebuah motor yang cukup familier sama dia. Yap, motornya Whisnu masih setia bertengger di parkiran terdepan. Whisnu belum pulang, hanya entah sekarang dia dimana.
Sampai di rumah, Luna langsung teringat Vira. Dia ingin minta maaf karena gimanapun juga tadi Luna ikutan emosi. Dia nggak enak sama Vira sama Uni.
Assalamu’alaikum..
Vir, sory ya tdi aq mrah2.
Aq emosi bgt. Aq udh gak than
sma skap Lilia. Maaf bgt
y Vir... 
Nggak berselang lama Vira langsung ngebales.
Wa’alaikum slam.
Nggak pa2 kok Lun..
Wjar lah kmu emosi. Tp, kmu
bklan te2p bntu kgytan aq kan Lun?
Aq tkt klo nti kgytn q gak ada yg
bntuin Lun..
Luna tersenyum membaca sms dari Vira ini. Siapa juga yang nggak khawatir sama ancaman Whisnu tadi. Kayak yang pernah aku kasih tau, Whisnu diem aja singa ngamuk pasti bakalan ngacir... Hehehehe! Gawat banget yak kayaknya..? 
Qmu gak usah khwtir Vir..
Aq gak akn ningglin qmu kok.
Td aq cma emosi bntr..
Skrg aja aq udh gak pa2 kok.
Whisnu jg psti bklan bntu. Aq
tw sapa Whisnu Vir. Insya Allah dy gak
mgkn tega ninggalin qt.
Kayaknya ngebaca balesan dari Luna itu Vira udah ngrasa sedikit lega. Setidaknya masih ada panitia yang mau bantu. Apalagi waktu awal rapat Luna udah mulai ngasih tanda-tanda kalo kayaknya dia nggak bisa ikut. Yang jelas waktu itu Luna ngrasa nggak enak banget. Mungkin itu pertanda untuk hal ini kali ya?
Kata-kata Luna bener. Whisnu tetep mau bantuin. Itu semua juga berkat usaha panitia yang lain yang ngebujuk Whisnu sekuat tenaga sampek akhirnya Whisnu mau balik. Sedangkan Lilia masih tetap pada keegoisan sama kekanak-kanakannya. Dia kayaknya nggak akan pernah mau balik lagi ke pramuka. Setidaknya itulah yang tersirat dari wajahnya setiap bertemu dengan anak-anak pramuka yang lain. Yah, apapun yang terjadi, asalkan kita masih percaya bahwa keajaiban dan anugrah itu ada, kita pasti bisa...... Amiieennnnn ya Rabb........ 

IMAN WHISNU DI HATI LUNA #1

Thanks God,
You give me a great gift and always blessed me with fully inspirations in all my way…
Thanks for all my friends,
You always be my inspiration to finish this story..
Thanks for my family,
You give me a great thing in this world, love..
Thanks for someone out there,
You give me a nice story in my teenage life….


LUNARA NOURA SYAFIRA


The bell is ringing…..
Aktivitas di SMA Negeri 2 Ponorogo pun akan segera dimulai. Terlihat kesibukan para siswa yang mulai memasuki ruang kelas mereka masing – masing. Hal yang lumrah untuk para siswa biasa di sekolah manapun.
Different person, different action!
Sepertinya itulah ungkapan tepat untuk cewek satu ini. Lunara Noura Syafira atau yang paling sangat banget akrab dengan panggilan Luna! Nama yang cantik dan terdengar anggun, 180 berbeda dengan aslinya.
Mendekati gedung sekolah tercinta Luna makin mempercepat laju motor butut kesayangannya.
Kali ini dia bertekad untuk tidak lagi masuk ruang piket apalagi masuk ruang BP seperti tahun pertamanya dulu!
Rekor 6 kali terlambat dalam 1 semester di sekolah super disiplin seperti itu tentu adalah hal yang paling tidak wajar dan tentu akan menjadi hal yang paling dihindari oleh orang waras.
But life is never flat! Pasti bakalan ada aja manusia sedeng macam Luna ini! Luna pun tak habis fikir ketika tahu dia diterima di sekolah super disiplin ini. Dia pun sempat memprediksi berapa lama dia akan bertahan di sekolah itu.

Melewati gerbang pertama Luna mulai memelankan laju motornya. Dia bisa bernafas lega ketika tahu gerbang penentuannya belum ditutup oleh Pak Budi, guru Bahasa Indonesia merangkap kedisiplinan, pembina ekskul, dan pimpinan bagian perpustakaan (gokil!).
“Stop!” kata pak Budi menghentikan laju motor Luna. “Ada apa pak? Saya kan nggak terlambat!” heran Luna. “Kamu memang kali ini tidak terlambat, tapi kalau dibiarkan kamu mungkin saja tidak seberuntung kali ini. Kalau besok kamu masih berangkat jam segini, saya akan langsung menyuruh kamu pulang. Tidak peduli kamu terlambat atau tidak.” Ancam pak Budi. “Siap pak!” jawab Luna mantap.
Sejujurnya dalam hati Luna cukup was-was dengan ancaman pak Budi itu. Apa mungkin bisa? Pertanyaan itu terus menggelayuti fikirannya. Penyakit bawaan sejak SD Luna ini memang tidak gampang dihilangkan begitu saja. Entah sejak kapan tepatnya Luna jadi murid “telatan” seperti ini. Padahal ketika masih duduk di bangku kelas 1 SD dia selalu menjadi murid “teladan”. But life still must go on! Luna nggak mau terlalu terbebani oleh penyakit akutnya itu.
Beruntung di depan ternyata tak juga membawa keberuntungan di dalam sekolah khususnya di ruangan yang paling sejuk di SMA Negeri 2 Ponorogo itu. Bu Sulis, guru bahasa Inggris yang paling Banyak Cing Cong menurut para warga SMADA itu ternyata sudah masuk ruang kelasnya. Dengan tenang dan pelan Luna masuk ke kelas kesayangannya.
Diiringi beribu umpatan dari murid cowok yang lebih cerewet ketimbang murid cewek di kelas itu (itulah ganjilnya siswa kelompok IPS!), Luna mendekati tempat duduk guru yang sedikit berantakan karena belum dirapikan 2 hari. “Hah, kamu lagi! Sudah, duduk sana! Capek saya denger alesan kamu.” Kata bu Sulis tanpa harus mendengar argumen atau alasan dari Luna dulu. Tanpa berfikir dua kali Luna langsung duduk di bangku paling depan nomor 2 dari kanan di kelas itu. Yusma, teman sebangkunya kini sudah tidak lagi secerewet dulu. Dia terlanjur terbiasa dengan keganjilan teman sebangkunya ini.
“Keluarkan tugas kemarin! Yang duduk paling belakang mengumpulkan tugas teman depannya.” Perintah bu Sulis. Fakta keganjilan Luna kedua pun terungkap. Luna adalah jenis siswa yang super duper jarang belajar, apalagi ngerjain tugas! Tapi dia cukup beruntung Tuhan memberinya anugerah yang tiada bandingnya serta mendapat garis keturunan dari ayahnya. Dia bisa menyelesaikan soal bahasa Inggris 10 nomor itu hanya sampai teman belakangnya meminta hasil tugasnya.
“Sembari menunggu, kalian kerjakan soal selanjutnya!” suruh bu Sulis lagi. Kali ini Luna bisa melonggarkan tempat duduknya yang sempat penuh sesak oleh tasnya yang selalu penuh (nggak tau deh isinya apa). Dan itu adalah fakta keganjilan ketiga dari Luna! “Luna!” sapa Manda teman bangku belakangnya. “Kamu kok bisa sih nyelesaiin tugas tadi cepet banget? Otak kamu tu komputer ya?” Luna memutar badannya sambil sedikit nyengir mendengar pertanyaan lugu temannya. “Nggak tau Man! Asal tulis aja. Palingan ntar aku salah semua.” Jawab Luna ngasal. “Tapi aku nggak percaya Lun! Kamu pasti dapet nilai tertinggi lagi.” Sambung Mika. “Whatever! Aku nggak peduli.” Cengir Luna sambil membalikkan badannya lagi.
“Lain kali contohlah Luna! Ibu hanya menyuruh kalian mengerjakan soal berbeda setiap bangku tapi kalian seharusnya tetap mengerjakan soal yang lainnya. Selain itu, jawabannya betul semua. Tapi jangan telatannya ya yang dicontoh!” cetus bu Sulis diiringi tawa dan hujatan dari siswa cowok kelas itu. Heran, kenapa siswa ceweknya terkesan vakum yak? Hihihihihihi......  Luna hanya cengangas-cengenges menanggapi ocehan teman-temannya itu.
Bukan hal yang biasa dari seorang Luna yang juga merupakan fakta keganjilan keempat dari Luna yaitu dia sering banget ngeluh ngantuk waktu pelajaran berlangsung. Nggak jarang juga dia tidur waktu pelajaran berlangsung. Untung nggak ketahuan guru! Kalo baca cerita ini dengan sadar sesadar-sadarnya mesti kalian bakal bertanya kenapa sih dia bisa seganjil itu. Basicaly emang bawaan orok, tapi fakta keganjilan keempat itu karena faktor lain yaitu tepatnya sekitar sebulan yang lalu dia didaulat jadi sekretaris 1 ekstrakulikuler pramuka di sekolahnya.
Tugas baru buat Luna yang belum pernah punya pengalaman di organisasi itu emang cukup buat si Luna semakin excited dengan ekstrakulikuler ini. Salah satunya yang bikin dia semangat adalah adanya Adma di ekskul itu. Tapi beberapa bulan sebelum pengangkatan, Adma jadian sama Lilia, ketua 2 ekskul ini. Dengan berat hati Luna harus merelakan Adma. Tapi akhir-akhir ini Luna sedikit melirik Atar, sama-sama satu ekskul dengannya. Kebetulan juga sih sama-sama sekretarisnya. Ahay!  Entah kenapa dan ada apa sampek tiba-tiba Luna jadi nglirik cowok paling aneh sejagat raya yang bahkan melewati batas keganjilan orang aneh ini. Nara sahabatnya sejak SMP yang sampai sekarang juga satu ekskul dengannya pun sampai tak habis pikir.
Well, let’s back to the line. Meskipun Luna punya teman sebangku, tapi dia nggak punya temen geng. Selain takut nggak bisa bagi waktu, Luna juga masih pengen bebas keluyuran sama siapapun. Tapi keberuntungan dalam hidup Luna bertambah satu, dia punya temen sekelas yang cukup care sama dia walaupun dia nggak satu geng dengan mereka. Hempt, emang hidup Luna benar-benar diberkahi sekali! Sayangnya itu juga termasuk musibah bagi teman-temannya, karena nggak jarang mereka dapet imbas dari keganjilan Luna. Ckckckckckckck!
“Luna, kertas apaan nih? Pinjam dong!” sapa Yusma membuyarkan konsentrasi Luna. “Oh, ini contoh proposal kegiatan!” jelas Luna singkat. “Proposal tu buat apa?” tanya Yusma yang lugu sekali mengingat dia adalah mantan pengurus OSIS sewaktu di SMP dulu. “Ya semacam buat permohonan ijin sekaligus pemberitahuan kegiatan gitu.” Jawab Luna dengan pengetahuannya yang lumayan pas-pasan itu. “Sekarang bawaan kertas kamu makin banyak aja Lun! Tempat duduk aku ntar makin sempit dong?” kata Yusma ngasal. Luna hanya memandang Yusma dengan tatapan bingung hingga akhirnya tawa pun pecah diantara mereka.
Tugasnya sebagai sekretaris memang menuntut Luna untuk sering membawa kertas-kertas nggak penting kemanapun dia pergi. Nggak jarang sekarang Luna sering bawa lebih dari 2 map berisi kertas-kertas yang katanya proposal dan tetek bengeknya. Untuk kali ini sepertinya bukan sebuah keganjilan karena ini memang sebuah tuntutan profesi. Yah, tapi gara-gara itu Luna dapet julukan baru yaitu “manusia super sibuk” atau lebih tepatnya ‘sok sibuk’.


CAHAYA ARDA WHISNU IRAWAN


Masih di sekolah yang sama…
Waktu masih menunjukkan pukul 06.15 WIB atau setengah jam sebelum bel berbunyi dan pemilik nama lengkap Cahaya Arda Whisnu Irawan atau akrab dipanggil Whisnu ini sudah dengan rapinya tiba di sekolah tercinta. Parkir paling depan di sekolah itu seakan menjadi garasi pribadi milik motor besarnya itu.
Predikat paling jarang ke ruang piket dan ruang BP kecuali karena tugas OSISnya memang amat sangat pantas untuknya.
Belum pernah terlambat datang ke sekolah juga cukup memberinya predikat cowok paling disiplin di sekolah.
Mungkin itu juga yang menjadi salah satu faktor dia menjadi ketua 1 ekstrakulikuler pramuka di SMADA.
Yah, selain menjadi salah satu pengurus OSIS, dia memang menjadi ketua 1 ekskul pramuka di SMADA, yang udah pasti dia adalah ’atasan’ dari Luna yang paling bandel seSMADA.
Mereka benar-benar 540 berbeda.........

Di kelas, Whisnu juga jarang mendapat teguran dari guru-guru. Dia juga selalu mengerjakan tugas. Bahkan setiap ada tugas dari guru Whisnu langsung mengerjakan pada hari itu juga walaupun tugas itu masih untuk minggu depan. Wow, kebalikan dunia dari Luna nih. Tapi, mereka sama-sama bisa dibilang mahir dalam hal bahasa. Atau mungkin itu satu-satunya kesamaan dari mereka.
Whisnu juga termasuk cowok yang aman buat cewek manapun! Walaupun dia sebangku sama si playboy Tito dan hampir kemanapun selalu berdua, tapi Whisnu belum pernah ngerasain gimana rasanya pacaran. Paling mentok dia cuma sekedar ngefans. Whisnu juga belum pernah nunjukkin kalau dia lagi punya niatan buat deketin seorang cewek manapun. Cowok yang super bersih dari gosip! Tapi sayangnya, dia sering banget diojlokin sebagai cowok homo gara-gara itu. Tapi itu cuma sekedar bercandaan di kalangan terbatas lo ya.... 
“Whisnu, kapan rapatnya? Katanya kemarin pengen cepet-cepet pelantikan biar nggak barengan sama event OSIS?” tanya Luna. ”Terserah! Kamu atur aja.” Jawabnya dingin. Hal itu sebenernya cukup bikin kesel Luna, tapi Luna nggak mau berhenti gitu aja. “Loh, kok aku sih? Kamu kan ketua. Setidaknya kamu kasih aku mandat ato apa gitu?” kesal Luna. ”Ya udah, nanti rapat! Kamu kasih tau anak-anak!” perintah Whisnu masih dengan gayanya yang super dingin.
Itulah Whisnu, entah kenapa kalau dia udah berhubungan sama ekskul atau jabatannya sebagai pengurus OSIS dia langsung berubah dingin. Padahal aslinya gokil banget! Meskipun Luna jarang mendengar candaan dari Whisnu yang ditujukan padanya, tapi Luna tidak terlalu memperdulikan itu. Buatnya, dia harus profesional saat kerja.
One more fact about Whisnu, teman-teman satu ekskulnya almost all orang beragama muslim, cuma dia aja yang beragama Kristen Protestan. Tapi hal itu sama sekali nggak bikin masalah buat anggotanya termasuk Luna. Mereka sangat mengargai perbedaan yang dimiliki oleh Whisnu ini.
Sepulang sekolah (seperti yang dijadwalkan tadi), seluruh anggota ekskul pramuka langsung berkumpul di sanggar tercinta. Walaupun yang dateng masih jauh dari harapan, setidaknya masih ada nyawa yang mau mengisi raga ekskul berlambang tunas kelapa ini (ayey kalimatnya....). Dengan manusia seadanya, Nara pun mulai ngasih kode ke Whisnu untuk segera memulai rapat pada siang hari itu.
”Selamat siang temen-temen.” kata pembuka Whisnu agak sedikit aneh jika didengar oleh orang muslim yang terbiasa dengan kalimat salam. ”Eee..... Terima kasih atas kehadiran temen-temen pada siang hari ini, hari ini kita akan (blablabla)... Selanjutnya saya berikan kepada Tara sebagai ketua sangga kerja.” lanjut Whisnu. Rapat terus berlanjut, di tengah acara Whisnu tiba-tiba beranjak menuju ruang OSIS. Bukan pemandangan baru, memang Whisnu dituntut untuk bisa membagi waktu untuk kedua organisasi terbesar di SMADA ini.
”Tara, aku baru inget, acara kita kan tanggal 26-27 Desember, bukannya itu abis Natal ya?” tanya Luna. ”Iya, emang kenapa?” tanya Tara balik. ”Terus Whisnu gimana? Kita aja kalo lebaran pasti minta liburan, trus kalo nanti kita ganggu acara Whisnu gimana? Kan kasihan dia juga.” ”Iya juga sih Lun, ya coba deh nanti kita tanya dia. Enaknya gimana nunggu dia dulu deh.” Kata Tara. “Guys, aku pulang dulu ya?” pamit Vira. “Loh, kenapa Vir? Kan kita belum selesai?” tanya Nara. ”Aku disuruh pulang cepet sama bunda. Sorry ya?” pamit Vira langsung ngacir tanpa menunggu usiran teman-temannya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Adit juga mengikuti jejak langkah Vira. Ngacir tanpa nunggu konfirmasi. Kayaknya sih mereka sengaja, mumpung Whisnu belum balik dari ruang OSIS. Karena bakalan sulit banget pulang kalo ada Whisnu nangkring di sanggar. Emang dia hansip? Hehehehehe . Tara juga terlihat menyegerakan rapatnya. Luna sedikit curiga dan lumayan kesal dengan tingkah kawan seperjuangannya ini, tapi ya mau diapain lagi? Udah bawaan dari lair kali kayak gitu! :p
And the catastrophe begin... 5 menit setelah kepulangan Tara, Whisnu kembali ke sanggar. Dia terlihat sedikit kaget dan heran karena manusia di sanggar sudah lenyap hampir setengahnya. Yang tersisa cuma Luna, Lilia, Uni, sama Dyta, sedangkan Nara sama Adma barusan nyusul ke ruang OSIS. “Anak-anak kemana?” tanya Whisnu. “Barusan pulang. Katanya mereka masih ada urusan.” jawab Luna sedikit khawatir. Seketika terlihat Whisnu menghela nafas panjang. ”Apa nggak bisa nunggu bentar? Baru aku tinggal berapa menit udah pada pulang semua! Mana kesadaran kalian? Kenapa kalian nggak nahan?” marah Whisnu. ”Kita udah nyoba nahan Nu, tapi mereka tetep aja maksa buat pulang.” bela Lilia.
Keadaan sempat hening untuk beberapa saat. ”Semua udah clear?” tanya Whisnu membuka pembicaraan. ”Udah kok Nu. Ini tinggal ngetik proposal ama surat perijinan aja.” jawab Luna dengan kepala tripleknya memberanikan diri untuk bicara. ”Besok harus jadi!” kata Whisnu dan langsung pergi. Singkat, padat, jelas. Itulah jawaban Nu kalau lagi kesal (atau kalo lagi ngomong sama Luna). Luna awalnya kurang menyukai sikap Whisnu ini. Tapi dia juga nggak berani buat bicara. Tampang yang super serem kalo lagi diem itu bener-bener bikin macan ngamuk pun langsung ngacir kalo berhadapan sama dia. Fiiuuuuuhhhhhhhhh……….. Luna menghela nafas lebih panjang untuk menenangkan detak jantungnya yang abis lompat-lompat. Ayah kedua! Yah, kebetulan kalo soal ini Whisnu emang mirip sama ayahnya Luna.
Entah kenapa Whisnu bisa jadi orang super dingin kayak gitu! Setidaknya emang yang paling keliatan ya cuma sama Luna. Mungkin karena sejak dari kecil dia udah di ajarin disiplin sama kakek neneknya! Yap, entah gimana cerita awalnya sampek Whisnu tinggal sama kakeknya dan bukan sama orang tuanya. Ibu kandung Whisnu emang udah meninggal ketika Whisnu masih bayi. Dan katanya sejak kecil hampir nggak pernah si Whisnu ini nanyain soal ibu kandungnya itu. Tapi bukan berarti Whisnu nggak mau balik sama keluarganya lowh! Whisnu masih sering pulang kerumah ayahnya yang udah nikah lagi sejak ditinggal ibu kandungnya Whisnu.
Kakek Whisnu emang tipe orang yang keras. Hukuman buat si Whisnu kecil kalo nakal juga nggak main-main. Masih kecil dan udah main cambuk! Wew.... Yah, setidaknya begitulah curahan hati Whisnu ke Luna yang bisa dibilang curhatan pertama dan sampek sekarang masih satu-satunya ke Luna. Denger kisah Whisnu itu Luna jadi keinget ayahnya. Kisah hidup mereka 80% sama! Bedanya ayah Luna tetep meluk agama yang sama ama nenek Luna sedangkan Whisnu beda. Lumayan unik juga!
Luna sempet simpati sama Whisnu waktu itu. Tapi mengingat perbedaan yang amat mencolok diantara mereka, Luna langsung mengundurkan diri. Sebagai manusia biasa dan manusia yang beragama (islam) tentu Luna mengharapkan imam yang bisa memimpinnya menuju surga Allah SWT (Amiiiinnnnn Ya Rabb!!!!!) 

L

Saat itu kukira indah Saat itu kukira mudah Menikmati rasa pemberian Tuhan Bermain-main dengan kenyataan Merasa hidup sudah melebihi harapan...